Monday, September 01, 2008

Aku, Bahasa Jepang dan Dunia Terjemahan (1)

Ini cerita tentang latar belakang aku masuk ke dalam dunia penerjemah .

###################

April 1999 aku pindah ke Kota Kyoto, untuk mengejar cita-cita yakni masuk ke PT di kota ini. Sebelumnya aku menetap di Kota Shizuoka (1997-1999 maret). Di Shizuoka aku memperdalam ilmu Bahasa Jepang di lembaga bahasa Kokusai Kotoba Gakuin. Selama 2 tahun di Shizuoka, tiap hari kegiatan regulerku adalah ke sekolah dan kerja part-time. Ketika mendekati masa kelulusan, aku merasa kalau tetap tinggal di Shizuoka maka wawasanku tidak berkembang. Terus terang aku males tinggal di tempat yang sama, dengan lingkungan yang itu itu juga. Akhirnya aku mendaftarkan diri ke Universitas Kyoto Seika (swasta) dan sapa nyana diterima.

Sejak April 1999 itulah aku resmi terdaftar sebagai mahasiswa S-1, Fakultas Humanity Jurusan Lingkungan (social study). Aku tidak kuliah dari tingkat 1 tapi langsung tingkat 3, istilahnya program ekstension. Tapi aku bukan mau cerita tentang kuliahku, melainkan bagaimana awal mulanya bertemu dengan dunia penerjemah, seperti yang sudah kulakoni hampir 7 tahun ini.
*************************

Akhir 1999
Adalah sebuah organisasi NGO- TOBIUO (Fly fish) yang menjadi pembuka jalanku. Organisasi ini dimotori oleh seorang African, yang sama-sama menetap di Kyoto. Dia adalah motivator terkenal di Kyoto untuk berbagai event international. Aku bertemu dengannya karena waktu itu aku berperan sebagai manajer tim angklung PPI (Persatuan Pelajar Indonesia cabang Kyoto) dan akan meeting untuk sebuah event yang diprakarsai oleh sang African.
Singkat cerita aku dan sang African malah cocok-seide dalam banyak hal, sehingga dia menarik aku sebagai salah satu staf di organisasinya. Organisasi ini ternyata dibidani oleh banyak tangan, banyak tipe manusia dan beragam kewarganegaraan. Di situ pula aku bertemu dengan seorang Korean yang kini berhasil mengembangkan bisnis konsultan, termasuk terjemahan yang kini menjadi bidang kerjaku di Jepang.
Sebenarnya sang African dan sang Korean ini memiliki ide yang sama ketika mendirikan NGO-Tobiuo. Tapi berhubung yang satu jiwa bisnisnya lebih besar, maka dia (Korean) memutuskan berdiri sendiri dan mengarahkan event-event international menjadi lahan bisnis, bukan hanya volunteer spirit seperti prinsip Tobiou.
Awal 2000, berdirinya PT.b-Cause (tempat kerjaku sekarang).
Aku pun digaetnya sebagai pioneer yang bertanggung jawab untuk terjemahan Bahasa Indonesia-Jepang. Untungnya sang African nggak masalah aku 'mendua', karena dia senang aku berkembang. Mengapa aku menyebut diriku sebagai 'pioneer', karena pada waktu itu usaha ini baru benar-benar berdiri. Belum ada nama PT sebesar sekarang, karyawannya pun tidak ada. Hanya sang Korean dan 2 orang lagi (para pentolan Tobiou juga sih) yang bantu-bantu. Tapi sapa nanya malah berkembang hingga kini temanku (sekaligus bosku itu) bisa punya cabang di Tokyo!.
Dari sinilah aku mengenal dunia terjemahan dalam berbagai bentuk. Tidak hanya menerjemahkan paper ke paper, tapi juga turun ke lapangan sebagai intrepreter. Dulu job-descriptionku adalah:
1. Translation/penerjemah on paper.
2. Interpretation/penerjemah 'cuap-cuap'.
Khusus untuk jenis cuap-cuap, kerjaanku menjadi guide untuk wisman dari Indonesia yang berwisata ke Kyoto-Osaka-Nara dsknya. Aku juga jadi guide untuk shuugakuryoukusei 修学旅行生 (pelajar SMP yang berwisata ke Kyoto). Loh kok bisa?. Emang iya. Ini khusus di Kyoto loh!. Mengapa orang asing sepertiku jadi guide untuk pelajar-pelajar itu sih?. Pake bahasa apa nge-guidenya (hehehehe....kira-kira gitu kan ya?.).
Kyoto adalah kota wisata terkenal se-Jepang. Terutama yang kaitannya dengan sejarah negara Jepang ini. Biasanya pelajar SD-SMA dari berbagai kota se-Jepang yang berwisata ke kota Kyoto ini, adalah dalam rangka belajar sejarah yang biasanya mereka kenal lewat buku pelajaran. Itu adalah alasan pertama mereka ke Kyoto.
Sejak tahun 2000 ada program pendidikan baru di Jepang, yang dikenal dengan istilah: Kokusai Rikai Gakushu 国際理解学習 (belajar memahami dunia internasional). Salah satu caranya adalah belajar bahasa Inggris dalam berbagai macam pendekatan. Kira-kira dah ngerti belum kaitannya?. Jadi, bosku si Korean itu mengendus unsur bisnis dalam program ini. Lalu dia membuat planning yang intinya: "berwisata ke Kyoto, sambil mengenal dunia internasional lewat berteman dengan guide orang asing". Planningnya ini dikirim ke berbagai sekolah dan mendapat respon luar biasa. Setiap pihak sekolah rela mengeluarkan dana untuk menyukseskan program Kokusai Rikai Gakushu tadi.
Maka jadilah aku langganan guide untuk berbagai sekolah. Persyaratannya sang guide harus bisa berbahasa Inggris. Trus nanti harus menemani 'costumer'nya yang notabene pelajar-pelajar SMP selama di Kyoto. Biasanya sih cuma 1 hari, tapi bisa dari pagi (jam 9) ampe sore bahkan malam (maks jam 8 malam). Selama nemenin anak-anak itu muter-muter wisata spot di Kyoto, aku wajib berbahasa Inggris dengan mereka.
Terus terang aku seneng banget, karena:
1. Kerjaan ini membuat wawasanku tentang sejarah Jepang bertambah. Ini ada lanjutannya...aku sampai kerja di Pemda Kyoto karena pengalaman-pengalamanku di lapangan. Tunggu aja cerita ini ya!
2. Masuk ke berbagai spot wisata berulang kali (ampe bosan...hehehhee). Gratis pula!
3. Jadi kenal dunia anak-anak SMP Jepang. Selama bareng anak-anak itu biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang harus kujawab. 'Anda berasal dari mana?', 'Menurut anda Jepang itu bagaimana?' sampai pada pertanyaan: 'Anda punya pacar?'.
4. Jenis pekerjaan ini sangat-sangat menghasilkan. Coba bayangkan: sekali ngeguide dibayar minimal 10,000 yen ( dalam rupiah :800 ribu-an), blom ditambah biaya transpor dan makan gratis. Padahal kalo aku part-time 8 jam sehari pun cuma dapat 6000 yen (480 ribu rp), jauh banget kan!. Part time dengan ngeguide itu jauh beda deh. Jelas ngeguide lebih menyenangkan.
Seminggu aku bisa ngeguide 2-3 kali. Kalo lagi musim wisata, waah tawaran bisa datang untuk jadwal tiap hari. Tapi berhubung aku pun seorang mahasiswa, jadi nggak semuanya dilahap. Di sesuaikan dengan waktu luangku.
*************************
Untuk sementara segini dulu ceritaku, udah kecapen karena seharian ke sana kemari nih. Low-batt, isi tulisanku pun pasti membosankan....soalnya nulisnya dengan mata setengah mengantuk...hihihihii.. Mudah-mudahan besok-besok ada energi baru....

No comments: