Thursday, April 18, 2013

MEMBANGKITKAN PASSION MENULIS YANG KADUNG BERKARAT

Jalan hidup manusia benar-benar penuh rahasia. Tapi, kalau kita peka memikirkan, merasakan dan memahaminya, Allah swt ternyata sudah memberi benang merah.

Tahun 1985-an, ketika dakyu ini masih berseragam SMP, punya hobi yang namanya MENULIS DIARY. Punya DIARY sampai dua buku, dua-dua berbentuk agenda berlogo POS & GIRO. Eh, itu bukan perusahaanku, ya iya dong, kan masih seragam putih biru gelap. Masih unyu dan lugu. Itu agenda bekas punya Papaku yang pegawai Pos dan Giro.

Aku banyak menulis. Entah berapa puluh judul. Tapi semuanya tidak pernah selesai. *Tuh kan ketahuan, kalau menulis tidak pakai ilmu, semuanya menggantung. hihihi.

Mungkin karena aku kan waktu itu ABeGe. Banyak gaulnya. Baru nulis selembar, udah pengen nulis yang lain. Serabutan banget dah!

Tapi ya, dari sekian puluh cerita tak kelar itu ada satu dua yang kukirim ke media. Dan eng ing eng, naskah pertama terbit di Majalah (terkenal dan berkelas untuk jamannya) ANITA CEMERLANG. Judulnya? Ya ampun, dah lupa atuh!

Kemudian ketagihan mengirim cerita, lantaran honor dimuatnya cerpenku itu sejumlah Rp. 46.000. Jaman itu banyak banget. Anak SMP punya honor pertama yang diterima lewat wesel Pos. Gimana nggak jingkrak-jingrak. *tambah histeris dikit.

Lalu, si Abege ini beranjak dewasa. Tau-tau udah jadi mahasiswa. Punya pacar, marahan, baikan lagi, marahan lagi. Begitu terus. Semua ceritanya dikumpulin dalam si dua diary tadi. Tapi sedihnya, pas putus beneran dari si cowok, itu diary nggak kembali. Entah ngilang di mana? Suudon, nitip ke pacar, terus ngilang seiiring cinta dihati. *cihuy bombay

Tahun 2009, seorang rekan senasib dan sepenanggungan di negeri orang, mengajakku untuk ikut milis FLP cabang Jepang. Mau tak mau nyebur bebas deh ke kolam yang berisi para dayang yang mumpuni dan punya interest di bidang kepenulisan.

Mayan...meski pun sambil ogah-ogahan, karena passion menulis sudah berkarat, bermuncullanlah beberapa karya. Sebagai berikut:


                   
Photo: Sebagian karya yang memuat tulisanku selama ini                                    

Tapi ini semua masih berbentuk antologi. Sebagian berpendapat, meski pun 100 punya buku, kalau masih bertajuk antologi, belum bisa diperhitungkan.

Pertama kupikir, iya juga kali ya. Jika berselancar di facebook, banyak sekali orang-orang yang berteman denganku-meski pun tidak pernah bertemu muka, kadang tidak pernah berkomunikasi dengan serius- punya buku SOLO. Karyanya sendiri. Dari halaman 1-200 sekian, itu buah pemikirannya sendiri. Dipoles oleh editor profesional, lalu diterbitkan oleh penerbit yang cukup punya nama atau yang masih kecil.

Terus terang aku keder.

Sejak tahun 2011 ke 2012, resolusiku harus punya 1 buku SOLO. Entah itu novel, buku novel anak, buku pict book anak, atau buku-buku inspiratif. Nyatanya hingga tahun 2013, tidak satu pun yang nongol. Yang nongol, antologi lagi antologi lagi.

Dibilang tidak berusaha, asli aku berusaha! Satu dua karya kukirim ke lomba-lomba. Tapi mungkin disinilah kelemahanku. Kalau jumlah tulisan maksimal 10 halaman, alhamdulillah banyak yang lolos. Bahkan membuahkan hadiah. Tetapi yang ratusan halaman, mabok deh.

Ada 3 naskah nanggur di rumah. Bukannya tidak mau dirolling ke media/penerbit lain. Tetapi, aku merasa perlu untuk belajar memahami, KENAPA NASKAH INI TIDAK NYANGKUT?

Perlu intropeksi diri...jyeee.

Tapi sepertinya masa intropeksi diri kelamaan. Masa perenungan harus terinterupsi oleh urusan menservis 3 buah hati, mengurus usaha kos-kosanku, tentu saja menyenangkan hati suami. Ada beberapa hal lain yang membutuhkan perhatian dan waktu luangku, yakni menerjemah order dokumen dari beberapa perusahaan, dll.

Usaha dan nawaitu untuk terus belajar, menggali potensi sendiri, tidak akan berhenti sampai di sini. Dipostingan berikutnya, aku mau coba cerita, apa yang menyebabkan naskahku itu tidak menarik perhatian penerbit. Siapa tahu ada dari teman-teman yang bernasib sama.

Begitu ya, kembali ke obyek terjemahan nih.

7 comments:

Ila Rizky said...

hehe, mungkin perlu target diri sendiri, teh. kalo dipush sama orang lain takutnya stress, tapi alo kita dengan sadar emang pengen, biasanya sih jadi termotivasi :D semangat selalu ya ^^

bestfriend said...

HAI Neng Ila, kemane aje. Deuu yang sibuk GW-an. Hebat lagi panen hadiah yah! Mantap.

Iya bener kali ya. Ini si teteh mah masih kek layang-layang putus. Harus beli papan tulis gede, ditempel di depan ruang kerja, terus bikin target2.

Gitu kali ya Neng.

Nurul Noe said...

hehe.. mending mba punya antologi, lah saya blm punya karya satupun hehe.. tapi semoga nanti bisa merangkak menuju cita2 itu, punya buku solo.

bestfriend said...

Kalo dunia terjemahan (khususnya bahasa Jepang), si teteh dah kek makan kacang rebus wae. Lancar dan mengenyangkan (secara fee gitu). Tapi soal menulis, masih kek bayi baru lahiran. Ato re-inkarnasi.

bestfriend said...

Nurul Noe, salam kenal. Aduuh masih imut kiyut, kok udah dipanggil EMAK Seeeh (efek ikutan KEB).

Ooo gitu ya. Nurul belom punya karya. Tapi suka nulis? Sebenarnya banyak jalan menuju London (loh ngapain ke sana ya?). Ntar teteh tampilin how menembus media kali ya. Bukan buat sok-sokan say. biasa sharing-sharing.

Winda Krisnadefa said...

hmmm, I remember back in 2008, my dad rceived a copy of a book with your name in it.
it was the book that moved my passion in writing. ^_^
so, I'm sure you still have that passion, it's just getting off track at the moment, and I'm pretty sure that it'll get back to its track real soon...
ganbatte! :D

bestfriend said...

Hehehe, iya Nin. Itu buku antologi pertama yang Ramadha Tiba ya.

srot...srot...*ngelap ingus karena terharu.

ASLI, terharu!