Friday, February 02, 2007

House Wife


(isi blog ini sudah tertulis lama..tapi baru bisa di posting sekarang)
Malam, jam 11 lewat..ketika Alma tertidur.

Di sela-sela menyetrika, aku berfikir.Ternyata pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu adalah berat.Mungkin hanya ketika tidur seorang ibu rumah tangga berhenti berfikir dan beraktifitas. Ketika ia terjaga, maka otaknya akan terus diputar untuk berfikir tentang, 'ntar malam masak apa ya?','setrikaan masih numpuk pula', 'duuh, rumah kok kotor banget sih!','belanja bulanan harus ditekan semaksimal mungkin nih!', ' mesti beli baju untuk si adek, tapi uangnya nggak cukup...'dst.

Menjadi ibu rumah tangga adalah pilihan hidupku. Total ibu rumah tangga!.Kalau ditanya alasannya, adalah karena aku dah ngerasain jadi wanita yang bekerja. "Karir woman" gitu looh!!. Hmmm...alasan itu kedengarannya kok seperti sebuah pelarian yach.(biar deh).
Lulus kuliah pertengahan tahun 1996 aku mulai berkarir (cieee). Sebagai penterjermah lisan dan tulisan di sebuah perusahaan Jepang yang berlokasi di Cikampek city(Jakarta coret banget). Gajiku 500 ribu sajah (selalu habis untuk ngejajanin adik2). Aku dapat kamar di dormitory perusahaan. Perusahaanku itu terletak di lahan perindustrian yang masih baru. Masih sepi, berasa di negeri antah brantah yang jauh dari peradaban. Keluar masuk ke wilayah itu mesti pake bus karyawan, kalo nggak naik ojek yang ngabisin waktu 15 menit!...jauh bo!. Nggak bisa ditempuh dengan jalan kaki, karena bakal bikin kaki bengkak (hihih...agak hiperbolik), mana udara di sana puaannass, cuma yang nggak punya waktu banyak aja yang mau jalan kaki.

Aku terus berkarir hingga aku "ngungsi" ke Jepang tahun 1997 awal, lalu menetap hingga tahun 2004 awal Hidupku di Jepang pun nggak lepas dari mencari uang. Balik ke tanah air pun tetap harus bekerja. Kenapa harus...??yaaa karena belum nemu jodoh yang mengijinkanku 'tuk jadi bu RT.

Ketika usiaku berkepala 3, wajahku makin serius nih nyari jodoh. Lewat berbagai cara. Kenalan sendiri, di kenalin teman,di jodohin ortu..semuanya kandas. Hiks!. Kebanyakan karena "aku terlalu super" (kata para lelaki)...tapi bukan super- woman apalagi man-loh. Aku tuh terlalu mandiri. Kata orang-orang di sekelilingku aku itu kayak cowok. Bukan wajahnya, tapi pola pikir-praktis dan kadang nggak pake perasaan halus. Trus, terlalu sibuk, sukamengatur dll. Iiiihh...negatif semua yaa. Makanya, cowok-cowok pada ngabur...bur...

Lalu aku mengatur strategi untuk mendapatkan jodoh. Caranya aku bikin beberapa daftar tipe calon suami.Yang badannya tinggi, yang rajin ibadah, yang pinter, yang pernah tinggal di Jepang (biar pola pikir sama), yang setuju aku jadi ibu RT dan yang lembut. Rangkaian daftar itu aku jadikan isi doa setiap sholat. Urutan permintaanku sih nggak berurutan. Pokoke isinya itu deh. Alhamdulillah akhirnya "si dia" di munculkan juga oleh Allah swt. Jadi deh aku ibu RT! (makasih ya kang-love).

Tapi balik lagi ke permasalahan awal, ternyata nggak gampang loh jadi bu RT. Sebelum putri pertama kami lahir, semua pekerjaan rumah terasa menggairahkan dan menyenangkan. Sampai-sampai aku bangga sama sahabatku, bahwa aku cocok jadi bu RT (hehehehe). Walaupun aku diketawain ama tuh sahabat. Kata sahabatku itu, aku nggak mungkin cuma jadi bu RT...wong 'super' gitu. Maksudnya super sibuk. Kesannya wanita karir itu sibuk, dan ibu RT kok nggak gitu ya??? . Setelah menikah setiap hari adaaa saja masakan baru yang ku coba, lalu disantap bersama dengan suamiku. Adaaa aja resep kue yang menjadi surprise untuk suami. Rumah pun selalu rapih (walaupun aku nggak pinter ngedesain rumah), service ke suami boleh dibanggain deh (itu kata suamiku loh).
Aku bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah, karena aku pernah tinggal lama sendirian di Jepang. Soal masak memasak, ilmunya ku peroleh dari bekerja paruh waktu. Aku pernah jadi tukang roti, tukang kue, koki, tukang bikin sushi, dll. Kepake deh pengalaman selama di Jepang (eh, sekarang juga balik ke sini).
Tapi terus terang sekarang aku sedih dan kadang sutrisno nih (stress maksudnya). Setelah putri pertama kami lahir, aku mulai merasa keteteran. Suaaangaaaat keteteran. Namanya baru punya bayi, kata orang, ritme hidup orang dewasa terutama ibu, mau tidak mau disesuaikan dengan ritme hidup bayi. Aku pun mengalami hal yang sama. Apalagi aku cuma berdua dengan suami di negeri orang dalam mengasuh putri kami. Nggak ada pembantu, sodara yang bisa ikut membantu. Wah udah deh...mulai dari masak, nyuci piring, makan, ngurus suami, beberes rumah, ampe yang kecil-kecil seperti ngepel,bersihin kamar mandi, nyetrika, bersihin kamar tidur, nge-vacum karpet dll..semuanya berantakan. Aku sendiri juga lebih amburadul lagi. Kadang nggak sempet mandi!!!.

Ternyata aku tuh belum bisa bangga jadi ibu RT. Wong baru begini aja udah keteteran. Kalo ada ayam maka tentu ada telornya. Nah, Aku ini masih 'telor'-nya ibu RT. Belum jadi, belum matang...masih perlu mengasah kemampuan memanage rumah tangga. Ada kenalanku yang selalu memuji. 'Saya salut sama bu Novi. Sendirian ngasuh anak pertama di luar negeri'. Wah...maluu aku dipuji gitu. Pengennya mukaku disumputin dulu.

Ada ustad yang bilang, jangan meremehkan ibu RT loh. Karena ibu RT itu adalah seorang:
1. Manajer
2. Koki
3. Recepsionis
4. Baby Sitter
5. Pengusaha laundry
6. Sekretaris
7. Pendidik
* Kalau nyewa 1 dari 7 orang yang punya profesionalitas seperti itu, mesti bayar berapa coba?.
Seorang "Ibu RT" itu adalah wajah sebuah rumah tangga...(menurut ku loh, ya nggak kang?).
Kalau belajar dari kehidupan ibu RT di Jepang, bisa dibilang mereka itu sangat-sangat mengabdi kepada keluarganya. Selain kondisi dalam rumah yang selalu tertata rapi, diri mereka sendiri pun selalu rapi. Ibu RT itu adalah cermin keluarga. So, aku harus lebih keras lagi berusaha!. Harus benar-benar berterima kasih kepada ibu kita.

Buat ibu-ibu senior yang baca blog-ku, bagi-bagi tips-nya yaa....