Tuesday, September 18, 2007

Alma sehari-hari

Aku di sini alhamdulillah sehat wal'afiat. Makin enjoy sama urusan rumah tangga. Apalagi sekarang udah ada tambahan teman berbagi suka duka, yakni Alma. Dia itu sering banget bikin diriku takjub. Mandiri banget. Dari bangun tidur ampe bobo dia bisa enjoy ngutak ngatik mainan yang aku setting di sepanjang rumah. Sesekali merangkak mendekati aku yang sedang sibuk masak . Lalu duduk di dekat kakiku dan ngeluarin suara, 'heeeh..heeeh...heeeh' (memanggil).

Atau rajin ngejawab sapaanku. Misalnya, ketika dia lagi asyiik ngebolak balik halaman buku, lalu aku bilang: "adek baca buku ya?...crita tentang Usagi san (kelinci)?". Ntar dia bakal jawab: "apaa..apaa..apppuahh..." sambil wajahnya bolak balik ngeliat ke buku lalu ke arahku. Hobbynya ngebolak balik halaman buku itudimulai sejak usia 8.5 bulan. Buku apa pun dia bolak balik, baik itu yang halamannya tipis maupun tebal. Misalnya yang tipis seperti Al-Quran dan yang tebal seperti buku crita bergambar. Alhamdulillah dia nggak pernah ngerobek kertas, tissue atau sejenisnya. Cuma sesekali di eeknya ada bekas gigitan kertas (hehehehe).

Di sepanjang ruang tengah yang nyambung ke bagian dapur apartemen ini, akui setting 2 wilayah utama bermain Alma.

Yang pertama berisi melody-gim, mainan kecil2, organ kecil, kaca, boneka2 dan kotak kecil berisi benang warna warni. Yang kedua agak jauh dari tempat pertama aku setting rumah-rumahan terbuka. Aku ngeistilahinnya "Alma's library'. Di situ khusus aku taruh berbagai macam buku crita kesukaan dia selama ini.

Selain itu aku juga meletakkan banyak benda-benda di tempat2 setinggi badan Alma, seperti di atas meja. Benda-benda yang aku maksud seperti botol gelas bekas yang transparan dan kotak kecil yang terbuat dari kertas di hampir seluruh wilayah rumah. Di dalam botol2 dan kotak2 itu aku isi macam-macam, seperti sendok obat(bekas), bola bersinar2, sugar batangan (yang dipack dalam kertas panjang pipih itu loh), coffee-cream (yang bentuknya packingnya lucu dan ukurannya kecil-kecil), pokoknya yang modalnya dikit dan bentuknya bermacam-macam yang tujuannya ngasih 'trick dan surprise' buat Alma.

Dia sudah bisa merangkak dan duduk, jadi dia akan me'rayap' dan bergerilya ke sepanjang rumah. Dia akan membongkar semua tempat-tempat yang menarik perhatiannya. Aku bikin trick dan surprise seperti itu biar dia nggak bosan dan bisa merangsang sel-sel otaknya. Di situ aku bisa pelajari, mana yang dia suka dan menarik perhatiannya dan mana yang diacuhkan sama sekali. Yang nggak pernah dia suka sejak lahir hingga sekarang adalah boneka.

Ada kotak kardus penyimpanan mie goreng yang berada di dekat wilayah dapur. Di dalamnya banyak mie rebus/goreng pack kecil yang sering banget jadi perhatian dia. Kotak itu sengaja aku setting biar bisa dijamah olehnya. Kalo sudah merayap hingga ke bagian itu, maka dia akan mengejar, lalu duduk membuka tutup kotak kardus yang lebarnya cukup memuat badan Alma. Kemudian dia akan mengeluarkan satu per satu isi isinya. Mie yang dia pegang akan diremas-remas plastiknya, keliatan banget dia berusaha tau apa sih isi didalamnya?. Trus bungkus mie itu kok nggak bisa dibuka sih....hihihihi...Ngeliat dia berusaha keras seperti itu ada geli sekaligus rasa trenyuh di hati.

Rumah tidak pernah bersih. Tapi Opi senang dan selalu berusaha merapihkan lagi ketika dia tidur. Aku ingin dia puas menggali semua hal-hal yang menarik perhatiannya.

Ada lagi kelucuan Alma. Kalo lagi main di tempat tidur maka dia akan berusaha menjatuhkan badannya ke arah depan dan belakang. Lalu dia akan tertawa-tawa sendiri. Sesekali aku ikut guling-guling, membantu dia menjatuhkan badannya ke belakang dan kitik-kitik keteknya. Udah deh, dia akan ngakak sekeras-kerasnya. Energinya luar biasa.

Monday, September 17, 2007

Netto Cafe Nammin(g)

Sejak 2 tahun yang lalu, setelah kembali menginjakkan kaki ke bumi Sakura ini aku tertarik mengamati perkembangan masyarakat Jepang. Ada beberapa hal yang kini sedang mendapat perhatian serius oleh seluruh lapisan masyarakat di sini. Seperti masalah bunuh-bunuhan antar anggota keluarga, intimidasi antar pelajar yang berakhir dengan bunuh diri atau dibunuh, raibnya catatan jumlah pensiun ratusan ribu penduduk Jepang, belum lagi masalah politik dan politikusnya yang semakin hari semakin kotor.
Jepang akan tenggelam kah?. Wallahu alam bishowab, tapi yang pasti bahwa Jepang kini mengalami kemunduran. Baik dari segi perekonomian, maupun kerusakan moril para penduduknya.
Dari sekian banyak masalah yang kini tengah disoroti, aku tertarik pada 2 masalah, yaitu:
1. Netto Cafe Nammin(g)...Net Cafe Imigrant
2. Nimpu-Jidou no Teate Mondai....Permasalahan Penanganan Ibu Hamil dan Bayi
Ulasannya begini:
1. Yang dimaksud dengan istilah di atas adalah, Imigran Net Cafe. Yakni, orang-orang yang nggak punya kerja tetap--or bukan pegawai tetap di sebuah instansi/perusahaan, hanya berpenghasilan per hari, tidak memiliki kemampuan finansial yang cukup untuk hidup layak, akhirnya memilih menghabiskan waktunya di ruang-ruang kafe internet.
Namanya saja kafe internet, berarti ada fasilitas komputer, jaringan internet, dan menjual makanan beserta minuman. Tapi yang lebih 'hebatnya' lagi, dengan biaya internet yang tidak mahal, para imigran 'aliran baru' ini bisa tidur bahkan mandi!. Mereka tinggal membayar lebih kepada counter. Untuk tidur mereka bisa menggunakan fasilitas ruang internet (per kamar), yang dilengkapi dengan kursi empuk (ala direktur di Indonesia) dan boleh meminjam selimut tipis. Ada fasilitas AC pula!. Sedangkan untuk mandi, mereka tinggal membeli seperangkat alat mandi sekali pakai.
Para imigran ini 100% warga negara Jepang. Berusia 20 -40 tahunan. Usia produktif untuk bekerja, tapi tidak punya kemampuan/keterampilan yang bisa dijual. Di salah satu saluran tv dijelaskan bahwa, mereka-mereka ini tidak punya tujuan jelas untuk hidup. Mungkin disebabkan ketika usia muda (SMP-24 tahun) masih sibuk luntang lantung. Ketika sadar dirinya tertinggal dengan teman sebaya yang sudah rapi berjas, menenteng tas kerja, mendapat bonus, loan mobil, mulai berfikir untuk menikah, bahkan sudah beranak pinak, barulah mereka 'ngeh' bahwa tidak punya apa-apa. Bahkan untuk menyewa apartemen murahan pun tidak punya uang.
Untuk kalangan usia 30-40 tahun, biasanya mereka tidak juga memiliki pekerjaan tetap. Sehingga untuk menghidupi diri mereka sendiri/keluarganya, mereka harus serius berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak, tetap dan bermasa depan baik.
Nah timbul pertanyaan: " untuk apa mereka berdiam, katakanlah nomaden dari rumah biasa ke internet kafe?". Ada banyak alasan, salah satu diantaranya:
1. Mereka sudah dewasa dan tidak tinggal lagi bersama orang tua.
2. Mereka memerlukan sarana murah seperti internet untuk browsing pekerjaan. Dari situs-situs kerja, mereka akan mengirimkan CV via internet tadi. Kemudian menunggu panggilan dari perusahaan yang mereka minati. Kebanyakan dari mereka tetap memilik HP, tetapi HP ini digunakan untuk menerima panggilan interview.
Sekitar tahun 2000, saat aku masih kuliah di kota Kyoto, sudah ada gejala 'lebih baik part-time' daripada 'kerja tetap' di kalangan anak muda Jepang. Sebagaimana kita ketahui, orang Jepang itu terkenal dengan sebutan 'work-aholic'. Pergi pagi, pulang tengah malam bahkan pagi hari. Tiap hari dikejar urusan pekerjaan yang menggunung, yang bikin nafas tersenggal-senggal. Belum lagi kesehatan badan terkuras karena kurang makan, kurang tidur, kurang istirahat, dan kurang mandi (huss ah...hihihi). Sedangkan bila bekerja sebagai part-timer/paruh waktu/arubato, maka waktu bekerja bisa disesuaikan dengan keinginan diri sendiri. Dapat gaji ya seadanya pun nggak apa, yang penting bisa dipakai untuk jajan, makan sehari itu. Pokoknya kesannya lazy banget gitu loh. Ternyata gejala itu jadi trend beneran, dah akhirnya hanya dalam waktu 7 tahun, muncullah generasi baru ini.
Sekarang ini, para part-timer berharap bisa mendapatkan pekerjaan tetap. Tapi sayang, secara umur mereka tidak lagi fresh, dan keterampilan mereka pun tidak punya.
Dalam angket yang diselenggarakan oleh Kementrian Tenaga Kerja, diketahui bahwa jumlah Netto Cafe Nammin(g) hingga Bulan Juli 2007 kurang lebih 5400 orang. 26 % dari keseluruhan data ternyata diisi oleh usia 20-30 tahun.
Netto Cafe People = satu langkah lagi sebelum menjadi kaum Homeless.....

Tuesday, September 11, 2007

Selamat berpuasa sahabatku........




Assalammualaikum wr wb

Untuk semua saudara saudariku seiman, saya dan suami mengucapkan :


Selamat Menyambut Bulan Suci Ramadan.


Semoga usia kita dipanjangkan Allah swt untuk dapat kembali melaksanakan ibadah saum tahun ini. Semoga hasil ibadah saum kali ini semakin berkualitas dan nikmat terasa di seluruh jiwa dan raga.

Mohon maaf lahir dan batin atas kesalahan kami berdua.
Salam persahabatan selalu,
Diky dan Novi
de Sapporo

ps. "Dari Alma juga ya cance-cance...oom.."

Wednesday, September 05, 2007

Road To Japan

Sering mendapat pertanyaan dari saudara dan teman tentang sekolah dan bekerja di Jepang tergerak membuat tulisan ini. Dirangkum dari diskusi di milis dan berbagai sumber. Seandainya ada info tambahan atau teman MPers juga mau berbagi silahkan saja. Mungkin akan berguna buat teman-teman yang membutuhkan.
Mahal dan terbatasnya pendidikan dan sempitnya lapangan pekerjaan di tanah air, luar negeri bisa menjadi alternatif. Jepang sebagai negara yang terkenal maju teknologi, industri dan pendidikannya menjadi salah satu tujuan favorit.. Tapi untuk bisa menembus lapangan pekerjaan atau studi di Jepang bukanlah hal yang mudah. Karena persaingan yang ketat dan persyaratan yang lumayan rumit dibanding negara lain.
Tinggal di Jepang paling enak berstatus sebagai student. Tentunya yang mendapat beasiswa. Karena semua urusan administrasi kedatangan dan biaya hidup ditanggung pemberi beasiswa. Jumlah beasiswa yang diterima biasanya sudah standar untuk hidup sederhana di Jepang. Kalau mau ada tabungan mungkin bisa dengan baito(kerja part time). Dibawah ini link-link road to Japan melalui jalur pendidikan dengan beasiswa :
http://www.id.emb-japan.go.jp/sch_slta.html
http://panasonic.co.jp/scholarship/s2/index_e.html
http://www.hitachi.com/Int-e/skk/hsk12000.html
http://www.geocities.com/Tokyo/2578/scholarships.html
http://www.asiaseed.org/ayfj/
Ada juga program pertukaran pelajar SMA selama 1 tahun, teacher training 1,5 tahun. Informasinya bisa diperolah di kedutaan Jepang di Indonesia.

Adapun untuk bekerja, untuk skilled labor/tenaga profesional/kantoran agak susah jika tidak punya keahlian bahasa jepang yg level atas. Karena komunikasi tertulis dan bicara banyak dilakukan dalam bahasa Jepang. Kecuali bekerja di perusahaan multinational yg malah mensyaratkan bahasa inggris atau jarang berhubungan dgn klien Jepang. Makanya peluang skilled labor ini banyak diisi oleh WNI yg pernah belajar S1-S3 di Jepang krn mereka selain bahasa Jepangnya sdh baik juga very skilled (engineer/ researcher).
Jalur bekerja ke Jepang yang unskilled labor kebanyakan yg diminta pekerja pria dg usia produktif (25 thn-35 thn) tapi syarat ini relatif sih ..tiap penyalur beda2. Hanya berhubung skrg banyak kasus yg menimpa TKI di sini, utamanya kabur lalu jd overstay, akhirnya banyak penyalur yang di tutup atau dihentikan kerjasamanya oleh perush Jepang. Pekerja asing (kenshusei) biasanya bekerja ditempat yang :
1. Kiken (berbahaya) Kenapa walaupun berbahaya tetap banyak sekali peminatnya? biasanya pekerja-pekerja itu berasal dari negara-negara miskin atau berkembang. Diantaranya : Indonesia, China, Thailand, Filipina, Brazil, Peru dll. Karena lapangan pekerjaan dinegara asal sangat sedikit bahkan nyaris tidak ada. Dan orang jepang sendiri tidak mau bekerja ditempat Kiken.
2. Kitanai (kotor) Seandainya orang Jepang mau mereka minta bayaran 3 kali lipat dengan orang asing
3. Kitsui ( Capek/kerja kasar) Orang Jepang sekarang terutama anak mudanya rata-rata tidak mau bekerja kasar. Karena lapangan pekerjaan yang lain masih tersedia.

Pengalaman teman yang pernah bekerja sebagai kenshusei :
Kami merasakan betul bedanya antara sekolah dan bekerja di Jepang. Kasarnya kalau mau dibilang kerja di Jepang itu seperti budak atasan. Tidak ada perbedaan laki2 dan perempuan dalam hal kerja fisik, jam kerja yg selalu lebih lama dari yg ditentukan dgn waktu istirahat selalu lebih pendek dari yg ditentukan dan yg lebih menyesakkan kami dibayar jauuuuhh dibawah gaji orang Jepang. Awal datang sama sekali tidak pernah terbayang beratnya bekerja disini, namun tidak boleh tidak harus dilakukan. Akhirnya kami terbiasa juga dgn pola kerja di Jepang. Alhamdulillah kami bisa ambil hikmah banyak dari itu semua. Kami berdua jadi lebih disiplin, menghargai waktu dan tidak cengeng.
Untuk menembus Jepang dari jalur ini bisa melalui : Program tenaga kerja Indonesia-Jepang (CEVEST). http://www.cevest.or.id/
IMM yg testnya lewat depnaker daerah ( pernah baca di koran ada test IMM di depnaker sultra dan jateng ). Biasanya yg dicari pria bukan wanita. Karena memang pekerjaan yg dilakukan akan berat sekali seperti bekerja di pabrik besi, mengelas, mengecor dll. Sayangnya sejak tahun lalu kalau tidak salah...sudah dihentikan oleh pemerintah kita, karena banyaknya aduan dari perush2 Jepang, kalau pekerja dari IMM banyak yg kabur dan overstay. Aalasan TKI kabur macam2. Diantaranya tidak puas dg gaji yg kecil dan tidak sesuai seperti yg dijanjikan penyalur, potongan gaji yg cukup besar oleh penyalur/broker, kehidupan sehari2 yg minim, perilaku perush yg kurang baik, tergiur gaji teman yg overstay, dll.
Lewat jalur "magang" alias trainee "beneran" krn perusahaan Jepang tsb punya cabang di indonesia. Seperti dari national-panasonic, toyota, dll. Bisa juga lewat agen2 TKI utk pekerjaan di restoran tapi kalo perempuan sangat riskan jika bekerja di jepang lewat jalur agen ini. Seringnya mereka masuk dgn visa budaya/seni tapi nanti bekerjanya malah di karaoke dan bar. Ada juga yg malah terjebak jaringan prostitusi / trafficking ( kasusnya pernah masuk mainichi ). Bagi yg pria pun perjuangannya juga berat krn harus mengeluarkan dana yg sangat besar hingga puluhan juta. Banyak yg terjerat rentenir walaupun akhirnya sedkit demi sedkit bisa menyicil dgn berat bahkan banyak yg akhirnya bunganya lebih besar dari pokok pinjaman sehingga sampai frustasi krn sepertinya tdk pernah lunas.
Dengan visa pelajar misalnya lulus SMA-S1, trus mencari visa utk sekolah/belajar bahasa jepang tetapi selain belajar juga sambilan bekerja di pabrik. Atau memakai visa nihonggo gakko(kursus bahasa) kemudian setelah selesai, cari perusahaan yg mau terima kerja dan proses pindah visa ke visa kerja untuk 1 tahun dan bisa perpanjang setahun-setahun.
Lewat penyalur bekerja selama masa kontrak, pulang terlebih dahulu ke Ina beberapa saat. kemudian sekolah Nihongo gakkou 1thn dan dilanjutkan sekolah senmon gakkou 2thn. Yang ini sangat sulit tapi ada yang bisa. karena proses pindah dari status kenshushei (pekerja) ke gakusei (pelajar) sebetulnya tidak bisa. Alasan pihak imigrasi Jepang adalah para kenshusei itu terikat kontrak kerja antara pemerintah Jepang dan Indonesia. Di mana pada isi kontrak itu, mereka harus pulang sesudah mendapat training (2-3 tahun). Dan tidak ada ijin yang memperbolehkan mereka pindah visa langsung or tidak langsung. Sekarang ini para kenshusei mengeluh karena sulit sekali kembali ke Jepang. Bahkan jalan kembali ke Jepang sepertinya tertutup, hanya karena sebelumnya visa yang mereka pegang adalah 'kenshusei'. Walaupun tujuan berikutnya untuk belajar...sedih yaaa. Untuk kembali ke Jepang terpaksa deh umpet umpetan identitas. Bikin baru alias memalsukan identitas diri.
Saat ini di daerah tertentu seperti Futagawa-Toyohashi, Shimizu, Nagano, Fuji dan Kanazawa ada juga pekerja perempuan, hanya mereka disalurkan lewat SMEA dimana mereka sekolah. penyalurnya ini bernama JIC. Jadi mereka disalurkan lewat sekolah dan di kontrak selama 3 tahun.
Untuk pekerja perempuan lebih baik disarankan utk tidak melewati penyalur2 swasta. karena sangat banyak kasus jual beli wanita di sini dg kedok penyaluran TKW. Jangan tergiur dg pertukaran budaya, kerja menari, karena alasan ini sudah sangat bisa dipahami maksudnya, sebagian besar terjebak masuk ke dunia gelap di Jepang dan sulit utk melepaskan diri.
Disadur dari blognya sahabatku-Mbak Yati di Sendai (makasih ya mbak)

Saturday, September 01, 2007

Operasi Ceasar (1)

Aku ingin bagi pengalaman ketika menjalani proses persalinan hingga keputusan menjalani operasi ceasar. Banyak orang berpendapat bahwa, kalau melahirkan itu yang 'bener' adalah yang spontan atau normal. Sering ada kesalahpahaman mengenai para ibu yang melahirkan cesar, seolah dianggap tidak melalui perjuangan. Kalau ada yang tau bahwa aku melahirkan Alma melalui ceasar, tanpa disadari si orang itu akan merendahkan nada suaranya. ""Ooo ceasar...."".

Tgl 1 Desember 2006 jam 23.00, tiba-tiba air ketuban pecah.
Air panas mengalir deras keluar seperti pipis. Untung saat itu akang sudah pulang dari kampus. Bahkan kami sempat bercengkrama menjelang tidur. Tapi belum juga sempat terpejam mataku, tiba-tiba aku kebelet ingin pipis. Biasanya kalau usia kehamilan sudah 8 bulan, keinginan pipis akan semakin tinggi. Itu akibat rahim yang "bengkak" sudah menekan jalur rahim.
Diantara rasa cemas, bingung, deg-degan, aku dah geer duluan loh. "Ah, bentar lagi bakal ngelahirin nih". Akang pun yang udah tau kemungkinan ketuban pecah pada ibu hamil terlihat sangat tenang. Alhamdulillah persiapan kami kalo tiba-tiba harus rawat inap pun dah matang. Tas berisi peralatan-peralatan yang dipersiapkan untuk dibawa ke rumah sakit pun, sudah tinggal ditenteng saja.
Sesampainya di rs yang kami pilih untuk melahirkan, aku langsung diperiksa. Suster jaga saat itu sudah menyakini semuanya bahwa memang air yang keluar adalah ketuban. Penyebab ketuban pecah bisa karena banyak hal. Aku langsung masuk ke ruang khusus dan dipasangi alat deteksi jantung bayi. Aku dipantau hingga dini hari,ternyata, kontraksi nggak ada...kalaupun ada cuma bentar, dan itu pun kayaknya bukan kontraksi yang seharusnya.
Tgl 2 Desember 2006.
Lewat dari 24 jam, bukaan cuma 2 cm, without any contraction at all. Tapi deg-degan banget...soalnya ada harapan di hatiku semoga ada rasa sakit di perut. Untungnya setelah air ketuban pecah, penanganan yang dilakukan oleh para suster sangat baik. Aku diberi tablet penghenti air ketuban dan untuk menghindari adanya interaksi dengan bakteri dari luar.

Tgl 3 - 4 Desember 2006.
Lewat dari 36 jam tetap nggak ada tanda-tanda. Ruang kamar tempatku menginap ampe berubah 2 kali. Dari kamar pre-bersalin/bumben shitsu (bhsnya doraemon nih), ke ruangan pasien khusus tipe 2. Yang tadinya dilengkapi peralatan super lengkap..kap untuk deteksi jantung bayi, dll ke kondisi tanpa alat apa pun. Hanya diganti dengan alat deteksi jantung yang bisa dibawa-bawa. Sampe para suster yang giliran ngecek bilang gini: "kayaknya si jabang bayi belum mau keluar nih". Nah loh!!!....Yang terpikir olehku adalah, kalau nggak pecah ketuban mungkin dah disuruh pulang.
Berhubung tidak ada bukaan yang berarti akhirnya aku dipasangi alat perangsang. Dari alat kelamin dimasukkan pipet (lumayan panjang loh), yang ujungnya menggelembung. Dalam gelembung itu diisi obat perangsang agar terjadi bukaan di rahim. Alat ini dibiarkan sekian jam. Apabila keluar dengan sendirinya, maka dianggap gagal---tidak ada bukaan. Ini terjadi pada diriku.....hiks deh.
Rasanya secara mental aku mulai kalah. "Duuh anakku kapan nih keluar..kok ya tenang-tenang aja nduk...".Perut yang berat, bikin hatiku juga semakin berat. Mulut komat kamit nggak brenti berharap kepada Allah swt, mohon supaya calon bayi nggak kenapa-kenapa di dalam rahim. Kalau di Bandung kali udah dibeset dari awal yaa. Khawatir sang bayi keracunan air ketuban. Tapi di sini beda, bagaimana pun calon ibu akan diarahkan dan diupayakan biar lahiran normal.Pipet gagal, kemudian mulai besok hari diputuskan untuk diinduksi.


(bersambung)

Operasi ceasar (2)

Tgl 5 Desember 2006. Pagi hari.
Sudah tidak bisa lagi menghitung jumlah jam yang mengalir setelah air ketubah pecah. Rasanya udah lewat dari 48 jam. Sangking gelisahnya, aku paksakan khatam Al-Quran di rumah sakit. Selama mulai kehamilan, aku memangi sudah nazar mau khatam Al-Quran. Sebelum melahirkan sudah tamat satu kali. Berkat calon bayi yang tidak juga keluar, akhirnya aku khatam juga 2 kali. Ketika ketuban pecah, bacaan Al Quran udah masuk ayat-ayat pendek. Aku mengira nggak bakal khatam yang ke-2, ternyata Allah swt memberikan kesempatan untuk itu.

Aku juga menelepon ke keluarga di Bandung. Tak kuat aku menahan air mata. Sedih, ingin ada papa dan mama di sini....Aku meminta maaf kepada kedua orang tuaku, dan meminta doa agar aku bisa makin kuat melewati masa-masa persalinan.Sebelum induksi dimulai, akui di rontgen ulang, Posisi bayi di cek, dicari penyebab kenapa sih nggak ada bukaan?. 48 jam cuma nambah 1 cm . Ketika di rontgen, plus di USG, waktu itu Alma sehat wal'afiat. Gerakannya lumayan aktif. Lucunya, suster yang jaga di ruang USG ngirain opi cuma datang untuk cek mingguan. Katanya, "air ketubannya masih banyak loh. itu liat saja, bayinya lagi berenang-renang. Kalo tidak salah jadwal ibu melahirkan masih 10 hari lagi kan ya???". Aku ampe sebel sama tuh suster. Apa dia nggak liat kalo aku dah pake baju rawat inep???. Hehehhee bete banget deh.Di rontgen posisi Alma ternyata adem ayem. Maksudnya, keliatan dia stuck di sebuah posisi. Dokter Nagashima, yang nanganinku bilang, posisi Alma sebenarnya bisa diupayakan untuk lahir normal. Hasil foto rontgen dari samping memperlihatkan hasil bahwa posisi Alma normal.Tapi, kalo diliat dari atas, ternyata tulang panggul sebelah kananku kurang lebar. Padahal kepala Alma tuh udah keliatan nempel di jalur ujung panggul.
Dokter Nagashima mengembalikan keputusan kepada kami berdua. Akhirnya dicobalah induksi. Awalnya sih nggak berasa sakit. lama-lama rasa sakit luar biasa mulai terasa. Suster memasang rangsangan per 5 menit....Subhanallah sakitnya!!!. Yang ada cuma bisa berdzikir. Dipegangin akang sambil punggungku diurut-urut, lalu dibarengi akang yang ikut berdzikir. Setiap sakit terasa, kami berdua hanya bisa mengucap Astagfirullah....astagfirullah....Rasa sakit makin nggak ketahan. Secara mental aku dah down banget, jadi rasa sakit yang ada menambah beban di seluruh tubuh. Ketika kadar rasa sakit sudah tidak tertahankan, aku minta dipanggilkan suster. Ingin rasanya rasa sakit ini dicabut saja. Nggak kuat...nggak kuat. Aku takut menyakiti anakku sendiri. Yang ada di kepala cuma anakku...anakku..anakku. Keluarkan dia, jangan biarkan dia berlama-lama. Apapun caranya, aku siap. Di beset pun siap.
Suster mencoba mengecek jumlah bukaan. Tetap saja cuma 3 cm. Aku akhirnya minta ijin akang untuk memilih di operasi. Akang mengerti rasa gelisah batin ku. Akang mengiyakan, padahal aku tau bahwa impian akang adalah melihat persalinan secara langsung . Suami dan aku ingin punya kenangan moment saat melihat lahirnya bayi kami. Sayang sekali, jalan operasi harus ditempuh. Menjelang operasi, dokter menjelaskan bagaimana sebenarnya operasi ceasar itu.

Terus terang aku dah lupa apa sih yang dulu dijabarkan oleh dokter. Tapi kami berdua yang mendengarkan penjelasan sang dokter, seperti disadarkan dan dihadapkan pada kenyataan bahwa operasi ceaser itu bukanlah sebuah pilihan yang tidak mengandung resiko apa pun. Operasi ini ternyata menyangkut nyawa sang ibu dan bayi juga. Banyak kemungkinan terburuk yang bisa timbul pada operasi ini. Misalnya, pecahnya pembuluh darah di kaki yang berakibat cacat, serangan jantung, hingga kematian . Sayangnya akui sudah lupa detailnya.
So, kami berdua bisa bilang ke semua orang, bahwa operasi ceasar bukanlah 'cadangan' daripada proses kelahiran normal. Tapi, sama pentingnya dan sejajar dengan proses kelahiran normal. Cuma mungkin tidak banyak dokter yang bisa menerangkan dengan baik pentingnya operasi ini, termasuk dampak buruk daripada operasi ini.

Tgl 5 Desember 2006. Jam 16:00 Menuju ruang operasi

Masuk ke ruang operasi pun ternyata memerlukan keberanian. Kepasrahan, keikhlasan, dan optimisme bahwa inilah yang terbaik. Terutama buatku dan calon bayi.Melihat para dokter yang sangat telaten memberikan semangat kepadaku, rasanya mampu mengatasi beban di dada ini. Yang terasa saat itu adalah rasa sepi karena tidak ada akang yang mendampingi. Di dada hanya doa dan doa, semoga Allah swt mempertemukan kami lagi.Sekujur badan mulai kaku oleh suntikan, rasa sakit akibat induksi mulai lenyap. Tapi yang tertinggal adalah rasa tidak berdaya. Kembali akui mengingat Allah swt dan anak di dalam kandungan. "Sabar ya nak, sebentar lagi Allah swt akan mempertemukan kita".
Selama operasi aku hanya merasakan badanku ditarik sana tarik sini. Aku dibius lokal, dari bagian leher sedikit ke bawah hingga ujung kaki terbujur kaku.Suasana tegang di dalam ruang operasi membuatku jadi ikut tegang. DI situ terasa banget beban para dokter menghadapi persalinan. Menggigil sekujur tubuh ini. Mungkin aku akan mati! begitu sempat terlintas. Ketika terdengar suara tangis bayi.....yang pertama kali terasa adalah nafas lega diriku sendiri. Setelah itu air mata mengalir. Wajah Alma didekatkan pada wajahku. Duuh Nak, betapa bahagianya Ibu. Otsukaresama...(ucapan setelah bekerja keras).

Setelah Alma lahir, kami langsung rooming. Alma minum ASI pertamanya langsung dariku, tanpa ditambah susu formula apa pun. Hari kedua aku sudah belajar berdiri dan berjalan. Yang patut disyukuri juga adalah, biaya persalinan yang sangat murah . Semuanya ini bisa kulewati karena kekuatan dari Allah swt, support dan doa dari suami dan keluarga yang tiada henti, dan tentunya kerja keras para dokter dan bidan.