Wednesday, March 27, 2013

BICARA TENTANG UANG, BERARTI BICARA TENTANG KEPERCAYAAN (part-1)

Dua hari yang lalu, aku berkunjung ke rumah teman Japanese yang kebetulan tinggal di Bandung. Sekota denganku.

Teman Japaneseku ini adalah sepasang suami istri. Sudah tergolong tua, usia 50-an. Sang suami tinggal dan bekerja di Bandung, sedangkan istrinya tidak menetap. Sesekali datang ke Bandung mengurus suaminya. 

Anak mereka hanya satu, baru jadi mahasiswa.

Aku datang karena permintaan mendadak dari sang istri. Singkat cerita, dia memperlihatkan kepadaku sebuah surat perjanjian yang ditandatangani sang suami dan seseorang, sebut saja ASEP. Asep itu aku kenal, karena dia supir kantor sang suami.

Sang istri bertanya padaku, "sore wa nan to kaiteirun desuka?" *apa yang tertulis di surat itu?

Kubaca pelan-pelan, ternyata isinya surat hutang. Asep berhutang pada suaminya sebesar 2,8 juta rupiah. Kabarnya untuk kepentingan membeli sepeda anaknya. Anaknya merengek-rengek terus, sampai-sampai Asep meminjam ke sang suami.
Money in the yen Stock Images

Di surat itu tertuang, bahwa Asep berjanji akan mengembalikan uang itu dengan cara cicil, sebesar 200 rb/bulan.

PRIIIIITTTT...tunggu dulu!
Selama 10 tahun hidup di Jepang, selama 20 tahun bergaul dengan orang Jepang, belum pernah aku berani pinjam uang. Sebaliknya orang Jepang itu paling sensitif soal itu. Jangankan meminjamkan kepada orang lain, kepada saudaranya sendiri saja mereka paling anti.

Makanya Asep beruntung sekali dipinjami uang oleh sang suami.

Cerita soal pinjam meminjam uang, aku punya pengalaman pahit yang tidak sedikit.

Dulu, waktu masih tinggal di Jepang, aku bekerja part time untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Uang kuliah, sewa apartemen, bayar listrik, air, internet, biaya telepon (lokal maupun ke orangtua di Indonesia), uang makan, dan sebagainya : semuanya dari part time itu.  

Gaji per jam biasanya berkisar antara 500 yen (= 50,000 rp) s/d 900 yen (=90,000). Ini bekerja dalam jam kerja normal, pagi sampai malam jam 9. Di atas jam 9 malam, biasanya ada penambahan, misalnya jadi 1000 yen (=100,000 rp)/jam. 

Tapi jangan anggap gaji segitu besar loh. Dapat segitu bisa hidup amat sangat pas-pasan. Cukup untuk memenuhi hal-hal mendasar saja. Kalau mau lebih dari itu, harus cari kerja yang lebih menghasilkan. Misalnya kerja di pabrik pembuatan baut, kipas angin, bahkan yang kerjanya berat sekalipun seperti mengangkat besi-besi. Nah kalau bekerja di situ bisa dapat besar dua kali lipat. Tapi, akibatnya tulang patah-patah. Sehari kerja, seminggu pingsan. *ihik

Kehidupanku yang pas-pasan ternyata menarik perhatian teman sendiri. Dia malah meminjam uang sebesar 10, 000 yen. Kupikir, sesama orang yang hidup di rantau, patut saling menolong. Apa boleh buat, kupinjamkan, meski pun aku makin harus empot-empotan. Dia berjanji akan mengembalikan bulan depan. Aku percaya dan alhamdulillah dia memang kembalikan.

Berikutnya dia meminjam lagi dengan jumlah yang terus bertambah. Ketika peminjaman kedua, temanku itu kembali tepat waktu mengembalikan. Tetapi, ketika memijam ketiga kali, sampai setengah tahun, setahun, satu setengah tahun, tidak ada kabar darinya. Dalam kurun waktu selama itu aku malah sudah pindah ke kota Kyoto untuk melanjutkan kuliah.

Suatu hari, aku iseng menghubunginya. 
"Ano, okane no koto desu kedo..." *mengenai uang (kami berkomunikasi dalam bahasa Jepang).

"Ah, so." *oh gitu ya. (katanya).
"Anato no seikatsu ha antei shiteiru to kiiteta. Dakara, dekiru dake kashita okane o kaeshite kite choudai." *aku dengar kehidupan kamu sudah stabil. Kalau bisa tolong kembalikan uang saya.

"Eh? Okane no koto ha tokku ni wasureteiru ka to omotteta ha. Anna sukunai okane no koto, ogesa ni iwanai de yo!" *Eh? aku pikir soal uang itu sudah dilupakan sejak lama. Uang yang tak seberapa itu, jangan terlalu dibesar-besarkan. (oalah, kok galakan yang berhutang ya?)

Sejak itu aku jadi trauma. Persahabatanku dengannya terpaksalah meregang oleh sikapnya. 

Sad face Royalty Free Stock Image
Bagiku bukan besarnya pinjaman, tapi tanggung jawab mengembalikannya yang PALING PENTING! 

Lalu, giliran aku jadi penghutang. Waktu itu ceritanya tahun 2002an. Aku baru saja lulus S-1 (program ekstension) di Kyoto Seika Universitas (swasta). Tahun berikutnya aku langsung ingin naik tingkat, ke Master program. Sebenarnya uangku tak cukup buat bayar uang DP kalau lulus ke program ini. Tapi, aku nekat ujian dulu lah, masalah uang bisa menyusul.

Akhirnya ujian dan lulus mulus!
Nah loh, bingung deh. Ternyata di negara Jepang yang namanya tidak punya uang ya sudah tidak bisa maju ke jenjang berikutnya. Mulailah aku kasak-kusuk nyari pinjaman.

Alhamdulillah dapat info dari salah seorang staf di International Student Office, bahwa ada tempat peminjaman. Namanya Kyoto Gakusei Sodan-sho (kantor informasi dan diskusi bagi pelajar se Kyoto). Ternyata benar, di sana boleh pinjam uang! Asal statusmu seorang pelajar. Para staf di sana baik hati, dan mau membantu. Aku pinjam 100,000 (1 juta rupiah) dengan perjanjian tiap bulan mengembalikan 10, 000 yen (100,000 rupiah). Mereka paham betul tentang penghasilan seorang pelajar seperti aku , yang 1/2 TKI. Bekerja demi bisa survive di Jepang.

Inilah amanah terberat seumur hidup yang harus aku pikul. BERHUTANG. Di rantau pula! Kalau Papaku dengar pasti jantungan. Soalnya Papa dan Mama seumur hidup mereka belum pernah berhutang. NO LOAN, adalah prinsip hidup orangtuaku.

Alhamdulillah kinerjaku mengembalikan uang per bulan 10, 000 yen ternyata selesai dengan pujian dari mereka. Inginnya sih pinjam lagi, tapi sayangnya kantor itu dihentikan. Ditutup.

Responsibility Concept Stock Images

Maka nasibku berikutnya jadi tidak tahu lagi.
Hidup sebagai mahasiswa membuat jam kerjaku berkurang. Kalau dulu masih belajar bahasa Jepang di sebuah sekolah bahasa, aku dan kawan-kawan senasib bisa banyak part time. Setelah jadi mahasiswa, dengan jam kuliah yang tidak menentu, membuat jam kerja malah hanya 4 jam sehari. Mau dapat apa dengan 4 jam itu. Pendapatanku yang biasanya mencapai 100,000 yen/bulan, merosot hingga 70,000 yen. Menjeritlah jiwaku. 

BISA BERTAHAN NGGAK YA, DI NEGERI INI? (bersambung)


foto-foto bersumber dari free download website:
http://www.dreamstime.com/photos-images


Monday, March 25, 2013

復帰した!AKU KEMBALI....

Assalamu'alaykum wr wb.

Kenalan dulu aaah. Namaku Novi, pemilik rumah maya ini. Setelah dua tahun meninggalkan rumah, akhirnya MANIS RUMAH MANIS lagi nih!
*minjem trendmark Manis Rumah Manis-nya Teh Sophie Damayanti (jangan dituntut bayar royalti hak cipta ya Teteh imut nan lucu).

Umurku sudah hampir kepala 4, buntut sudah 3. Suami? Ya tetap satu atuuuh.
Domisili sudah kembali ke tanah air sejak tahun 2009, setelah merasakan 春夏秋冬 empat musim di Jepang selama 10 tahun.

Sifat 'tidak bisa diam' tetap melekat di diriku, bahkan makin meng'guila'
  • Tidak bisa berhenti bekerja, meski pun sudah tidak jadi carrier woman di luaran. Di rumah sendiri begitu.
  • Tidak bisa diam ketika melihat anak-anak pengemis, bawaannya mau ngasiiiih aja. Kebiasaan ini nurun ke tiga buntutku. Baru aja ngeliat tukang ngamen atau pengemis mendekati kendaraan (umum) yang kami tumpangi, para buntutku sudah sibuk menuntut koin kepadaku. *hihihihi.
  •  Tidak bisa diam betah di rumah. Meski pun ibu rumah tangga, tapi pengennya refreshing melulu di luar rumah. *ngabis-ngabisin duit laki sendiri. boyoyong...(pingsan).
  • (otakku) Tidak bisa diam, banyak ide, tapi minim kekuatan untuk mewujudkannya. Enerjiku keburu tersedot habis sejak bangun tidur pagi hingga malam menjelang karena mengurus tiga buntut yang 'nauzubilah' NGGAK BISA LIHAT IBUNYA NYANTAI DIKIIIT AJA.
Gitu deh sekilas tentang aku yang sekarang.
Sebenarnya rumahku ini sudah kuhuni sejak tahun 2006. Kebetulan saat itu masih tinggal di Sapporo bersama suami tercinta. Baru nikah setahun, jadi berasa pengantin baru terus.

Isi rumah ini penuh dengan keJepangan. So, silahkan lihat-lihat ya. Siapa tahu ada yang mau ke Jepang.

Konsultasi pribadi tentang Jepang juga boleh. *free kok, seperti WI-FI.

Mulai sekarang aku akan banyak membagi info-info tentang Jepang. Terutama bagi yang mau bekerja di sana.

SO, PLEASE. IKUTI AKU YA!