Sunday, July 29, 2007

Mintalah kepada Allah swt maka.....

Assalammualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Dear friends,

Mau bagi-bagi pengalamana rohani akhir-akhir ini ah. Sejak melahirkan, rasanya fluktuasi kegiatan ibadahku terasa menurun. Maksudku kualitasnya (kuantitasnya juga...walah!!). Yang kumaksud dengan kuantitas adalah ibadah-ibadah sunnah, seperti puasa sunah senin kamis, sholat sunnah Qobbliyah dan Ba'diah, sholat Dhuha, sholat sunah wudhu, sunah Tahajjud dan Witir. Kualitas ibadah (termasuk doa dan mengaji) pun berkurang karena semuanya dikerjakan dalam kondisi setengah hati, yang dikuasai kekhawatiran akan bayiku yang dibiarkan sendiri. Kalo dah gitu udah deh nggak konsen kayak dulu ketika masih single dan baru menikah (maksudnya sebelum punya anak).

Sedih deh menemukan bahwa diri ini sebagai manusia nggak ada nilai plus plusnya. Baik buat diri sendiri apalagi terhadap Illahi. Nah, baru-baru ini ( ketika mudik ke Bandung) aku mendapat nasihat dari mama. Nasehat itu berupa tata cara berwudhu. Ketika mengusap wajah maka mintalah kepada Allah swt untuk diberikan cahaya pada wajah kita. Ketika mengusap tangan, maka mintalah diberikan kitab Al-Quran di tangan kanan dan bukan di tangan kiri (di akhirat nanti, timbangan kebaikan lebih banyak). Ketika mengusap kepala maka mintalah ditambahkan ilmu , sedangkan ketika mengusap bagian kaki maka mintalah diringankan langkah kita di shidratul muntaha nanti menuju surga.

Langsung saja aku praktekan nasehat mama tadi. Yang sangat-sangat aku minta kepada Allah swt adalah tambahan ilmu, terutama ilmu aqidahku. Selama tinggal di Sapporo aku pernah belajar mengaji (tajweed). Ilmu itu sudah menipis...pis. Aku ingin sekali bisa memulai belajar memperdalam tajweed itu.
Ternyata, setiap usapan kepala itu tidaklah sia-sia. Di suatu pagi, Alma terbangun dan ingin bermain. Sehingga aku pun harus menemaninya bermain, padahal aku teler banget rasanya. Ketika itu entah darimana asalnya, Allah swt menggerakkan tanganku untuk mengambil sebuah buku yang berjudul KETIKA BERHALA MENYERTAIKU. Hasil karya tulis Ust. Aam Amiruddin, Dr.T.Djamaluddin, Ir. Bambang Pranggono, dan Prof. Deddy Mulya M.A. Terbitan : Percikan Iman. Padahal buku itu terletak pada sebuah rak buku yang tidak tersentuh lagi isinya.

Pada salah satu bab, ditulis bahwa "Orang-orang yang pandai itu, menurut Rasulullah saw, bukanlah para profesor atau para doktor, melainkan orang-orang yang sering mengingat kematian dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian itu".

Aku termenung dan tercenung pada kalimat itu. Tiba-tiba aku merasa seperti ada yang mengingatkan. Bahwa apa sih sebenarnya yang sudah aku tanam setiap hari untuk kubawa mati kelak?. Di antara kesibukan mengurus rumah tangga, melayani suami dan menjaga Alma. Begitu sedikit sekali waktuku mengingatNya. Begitu sedikit sekali kegiatanku untuk meningkatkan kembali kualitas dan kuantitas ibadahku kepada Allah swt.

Mungkin Allah swt tidak butuh semua penyembahanku, tapi aku butuh semua penilaian dari Allah swt sebagai tiket untuk menikmati surga kelak. "Demi masa, memang sesungguhnya manusia itu merugi". Dan makin merugilah kalau kita lengah dalam kondisi seperti yang aku rasakan sekarang ini.

Aku mengusap kepala setiap kali berwudhu, dan meminta kepada Illahi agar ditambahkan ilmuku. Maka Allah swt mendengar permintaanku. Semoga ini awal dari sebuah langkah baru membuka tabir kegelapan yang sudah menyelimuti hatiku.

QS Al 'Araf 179:
Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi Neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
-catatan pagi-

Wednesday, July 11, 2007

Tadaima: We're back

Hallo tante-tante, Om-om yang baca blog ini. Alma dah balik ke Sapporo...capek tapi seneng. Ini foto Alma di Haneda Airport, nunggu brangkat ke Sapporo (setibanya di Jepang). Dan 2 foto di bawah, Alma bareng ibu dan ayah mejeng di Changi Airport (Singapore), waktu transit menuju ke Jepang dari Jakarta. Cerita lengkapnya nyusul yah...