Wednesday, May 15, 2013

[Cinta Itu Ibadah] Memasakkan suami pun ibadah

Teman-teman blogger yang baik hati,

Aku coba postingan sebuah kebahagiaan yang akhir-akhir aku rasakan.
Dimulai dari mendengar tausiyah subuh, yang ditayangkan oleh MNCTV tanggal 11 Mei 2013. Kala itu kalau tidak salah acaranya Ustd. Arifin.

Salah seorang ustad tamu dalam acara itu (maaf lupa mencatat namanya), menguraikan hal menarik.
  • "Pernikahan dalam Islam itu bermakna menyempurnakan setengah agama. Jadi, kalau agama kita ingin sempurna, menikahlah. Setengahnya lagi, tinggal bertakwa kepada Allah swt. Dengan dua hal itu, Allah swt menjanjikan surga bagi kita. Insha Allah."
  • "Senyuman istri pada suami adalah IBADAH. Begitu pun dari suami kepada istri."
  • "Makanan yang dibuat istri karena lillahi ta'ala akan menyerap amalan ibadah suaminya seharian."
  • "Jika istri mencium tangan suami, maka berguguranlah dosa-dosa suami seharian. Masya Allah."
  • "Suami wajib memberi istrinya pakaian yang baik, pangan yang cukup dan merumahkannya"
  • "Jangan satukan: istrimu dan ibumu, istrimu dan kakak/adik perempuanmu, dan para istri-istrimu."
  • "Jika suami dan istri saleh/ha di dunia maka Allah swt akan mempertemukannya di surga. Di surga, para wanita dimudakan usianya menjadi 17 tahun dan perawan sepanjang masa. Sedangkan para suami menjadi 32 tahun dan kekar sepanjang masa."
Nah, teman-temanku betapa bermaknanya setiap kegiatan kita sebagai suami istri. Jangan malas untuk tersenyum dan memeluk suami yang pulang dari kantor.

Oya, satu hal lagi yang menjadi penyemangatku sekarang adalah MEMASAKKAN SUAMI.

Photo: Buat kepentingan menulis

Kalau kita para istri tidak paham bahwa memasakkan suami itu adalah ibadah, pasti masaknya sambil manyun ya. Belum lagi kalau si suami nggak pernah atau jarang banget ngasih pujian. Minimal, hari ini sayur sawimu ada rasanya ya Dek...hehehe.

Tetapi, sejak aku mendengar tausiyah itu, makin semangat deh di dapur. Kan senang kialau semua yang kita lakukan di dapur akan dinilai malaikat sebagai proses memperoleh nilai ibadah dari Allah swt. Bukan sekedar rasa kesal, sebal, malas, ketika memikirkan "mau masak apa ya hari ini?"

Tadi pagi dalam mobil, suamiku cerita hal yang membahagiakan. Dia bilang, bahwa hasil tes kesehatannya banyak mengalami perbaikan. Kolestrol nol, gula darah bagus, cuma ada asam urat tapi itu pun dikiiit. Teman-teman koleganya sampai bilang,"kok kamu bisa jadi gitu sih?" Soalnya, teman-temannya yang terlihat kurus sekali pun nilai kolestrol atau asam uratnya tinggi sekali.

Terus suamiku bilang, "Jadi teringat masakanmu, Dek. Kan kamu itu jarang sekali ngasih rasa garam yang kuat. Beda rasanya kalau kita makan di restoran."

Kata-kata "kurang garam" itu sama sekali tidak berasa menyindir, tapi malah dia bangga. Gara-gara itu kesehatannya membaik. Subhanallah, Allah itu. Tidak hanya nilai ibadah yang akan diberikannya kepada masakan seorang istri, tetapi juga nilai kesehatan.

Setelah mendengar kata-kata suami yang berselimut kebanggan padaku, jadi makin semangat deh hariku.

"Mulai sekarang kita jangan makan diluar rumah ya, kang. Nilai ibadah kita akan berkurang. Aku yang memasak dan akang yang makan jadi nggak bisa saling berinvestasi nilai ibadah," usulku.

Suamiku tertawa. "Benar juga ya."

Terus aku ralat,"Ya...mudah-mudahan kuat nggak jajan di luaran. Atau kalau pun pengen outdoor, tetap aku yang usahakan memasaknya."

Teman-temanku blogger, inilah kebahagiaan yang aku ingin tularkan kepada kalian.
Jadi:
1. Buru-buru mencium tangan suami, ketika menerima kedatangannya. kalau perlu rebutan ama anak-anak kalian.
2. Masak yang enak. Siapin olahan yang sarat cinta dan ibadah.
3. Tersenyumlah yang ikhlas kepada suami tercinta. Rasakan sinyal-sinyal cinta yang terpancar dari mata suami tercinta.

SELAMAT MERENOVASI IBADAH & CINTA BERUMAH TANGGA YA。

Oya tambahan cerita dari suami:
Bahwa, baru-baru ini dia dapat cerita dari seniornya. bahwa, anak sulung si senior yang usianya tak lebih dari 25 tahunan divonis berpenyakit aneh. Banyak organ tubuh si anak sudah tak berfungsi baik. Secara fisik si anak masih terlihat muda, tetapi menurut dokter, usia organ dalamnya sudah seperti aki-aki 70 tahunan.

Si anak kini selalu hidup dari rumah sakit ke rumah sakit. Bapaknya, merasa menyesal karena 'kecolongan' perkara anak sulungnya itu. Si anak seorang musisi, kabarnya sering pulang malam dan makan tak tentu jamnya. Belum lagi entah apa yang dimakan si anak di luaran, ortunya tidak tahu. Seandainya rajin makan di rumah, setidaknya sang Bunda akan memasakkan.

Selain itu, aku pernah dengar berita bahwa banyak perselingkuhan terjadi lantaran para suami tidak dimasakkan oleh para istri. Ini benar atau tidak, wallahu alam. Tapi, coba deh jadi para suami yang pulang dari kantor cuma diletakkan lauk pauk tak sedap, cuma teri kegosongan atau jengki yang entah apa rasanya. Jadinya para suami, memilih makan di luar.

Pelajaran penting yang wajib kita renungkan.

6 comments:

Winda Krisnadefa said...

wah, harus cek2 lagi nih, soalnya kalo masak main hantam aja garemnya...hihihihi

bestfriend said...

iya Nin, mending mulai sekarng mulai dikurangi. Demi Bang Edu di masa tua ntar.

www.adisanita.wordpress.com said...

emang bener, makan di rumah lbh menyehatkan, bawa bekal ke kantor atau ke sekolah, amat disarankan ya? biar ga pada jajan yg ga jelas.

Mari makin digalakkan, bawa bekal dari rumah, selain menyehatkan juga irit

hanum said...

Jd semangat masakin buat suami nih. Benernya suamiku lbh suka masakan minimalis garam (klo kataku dulu 'hambar' :D). Cuman istrinya aja yg suka malez masuk dapur.
Thx sharingnya ya Novi san.
Nice blog ^_^.

keke naima said...

suami biasanya seneng kl makan masakan istri :)

Anonymous said...


Kursus Teknisi Service HP Bandar Lampung
Service Center Panasonic
Kursus Teknisi Service HP
Service Center Huawei
Service Center iPhone
Kursus HP Bandar LampungService iPhone Lampung