Monday, April 21, 2008

CatCil: Ternyata Dia Masih Ingat!

Sapporo, 22 April 2008

Ternyata Dia Masih Ingat!

By: Bunda Alma




Sudah hampir sebulan lebih seri buku cerita anak "Kodomo 0.1.2" itu aku simpan di dalam kotak kardus. Sengaja diumpetin di tempat yang Alma-anakku nggak akan raih. Buku-buku yang berjumlah 32 buah itu sengaja disimpan karena ada masa Alma keranjingan dengan isi ceritanya. Dia hanya tertarik dengan buku-buku itu, dalam sehari bisa minta kubacakan dua sampai tiga kali. Aku sebenarnya dah merasa capek membacakannya, dan sering sengaja mengalihkan perhatian Alma ke buku-buku lain. Tapi apa mau dikata, dia tetap berkata: 'Baca..baca..baca' sambil keukeuh menunjuk buku-buku itu. Dia akan merajuk dan menggeleng-gelengkan kepala, lalu disertai dengan menolak buku lain dengan tangan mungilnya. Aahh..shikataganai ya!.

Mengapa sih aku harus sampai menyembunyikan buku-buku favoritnya itu?. Alasanku hanya simple, tak ingin Alma hanya suka pada satu hal. Aku ingin Alma punya variasi dalam bacaan. Lagipula bila dalam sehari lebih dari 2 kali aku membacakan buku-buku yang sama, maka lebih dari 30 kali aku bacakan dalam sebulan. Buku-buku tadi telah kuperkenalkan dan terus kubacakan padanya lebih dari 3 bulan. Alma sudah sangat hafal dengan seluruh isi ceritanya. Komatta mon da!.
Ternyata aku tak bisa lagi menyimpan rahasia itu. Sejak dua hari lalu aku mulai sibuk membersihkan rumah. Menjelang golden week bulan depan, aku dan suami sudah sepakat untuk mendesain ulang isi rumah. Karena terlalu asyik bebenah sambil membayangkan suasana baru di rumah ini, tanganku memindahkan dan meletakkan kotak kardus yang berisi buku-buku 'Kodomo 0.1.2' itu ke lantai. Ketika Alma menemukan buku-buku itu, wajahnya begitu riang. Tangan kanan mungilnya ditempelkan ke pipi kanan, lalu wajahnya sumringah sambil berteriak 'haaaaaa' (melengking). Itu tanda kalau dia bahagia karena sesuatu hal.

Shimatta!. Tak bisa ditarik kembali. Padahal sejak buku-buku itu aku simpan, perhatian Alma ke buku-buku lain sudah terarah dengan baik. Ukkari shita!.

Namun kecerobohanku itu ada hikmahnya. Ketika aku tak bisa menolak dan mulai lagi membacakan ke-32 buah buku itu, ternyata muncul hal-hal menarik yang bisa kupetik sebagai hikmah.

Misalnya, ketika membacakan judul buku 'Boku no Ouchi Shitteru? (Apakah Kau Tahu Rumahku?, Penulis: Fukushima Akie). Cerita tentang boneka beruang yang mencari letak rumah (rumahannya). Si boneka awalnya bertanya pada 'surippa (slipper)' : Surippa san boku no ouchi shitteru? (Hai slipper, apakah kalian tau di mana rumahku?). Sepasang slipper menjawab: 'Bokutachi Shiranai yo!' (Kami tidak tau). Intonasi suaruku seperti anak kecil, dan Alma terkekeh mendengarnya!. Aku terkejut!. Kaget karena tak menyangka bahwa ekpresi Alma terhadap kalimat-kalimat cerita yang keluar dari mulutku tak berubah.

Kemudian, si boneka beruang bertanya ke sebuah telephone. 'Denwa san, boku no ouchi shitteru?'. Si Telephone menjawab: 'Ri ri rin..shiranai yo'. Di sini pun Alma terkekeh...Aku jadi ikut geli terbawa suasana. Setelah Denwa san, secara berurutan muncul tokoh-tokoh : Coppu tachi (3 buah gelas), Kingyo (Ikan Emas), Tokei san (Jam duduk). Semuanya menjawab: Shirainai yo!.


Setelah Tokei-san menjawab tidak tau, si boneka akan berkata: Komatta naaa! (wah, susah nih...). Biasanya aku akan meletakkan tangan kananku ke dahi, sambil berkata: Komatta na!. Dulu sebelum buku-buku itu kusimpan, Alma sudah bisa berekspresi dengan meniru gerakanku itu. Dan biasanya setibanya di halaman 'Tokei-san, boku no ouchi shitteru?' dia akan meletakkan jari mungilnya ke dahi sambil berkata: 'haaaaa....(intonasi meninggi)' dan menundukkan kepala (seperti orang yang kesulitan).


Ternyata setelah sebulan lebih buku ini tak kubacakan, Alma masih ingat dengan lanjutan ceritanya. Setelah tiba di Tokei-san, tanpa diminta Alma meletakkan tangannya di dahi dan berkata: 'haaaaa....' sambil menundukkan kepala. Kejadian serupa (tak tak sama) pun dilakukan Alma terhadap isi cerita pada buku-buku lain. Subhanallah ternyata data yang pernah teriput di otak Alma masih tersimpan dengan baik. Padahal begitu banyak buku cerita yang sudah dibacakan untuknya. Fenomena yang sangat menarik buatku.

Bagaimana dengan hal-hal menarik yang dilakukan oleh putra/putri anda tercinta?. Apakah ada pengalaman menarik yang bisa di sharing denganku?. Agar bisa menjadi bahan masukan baru bagi diriku.


**************
Kosa Kata:
1. Keukeuh (bersikeras)
2. Shikataganai ya! (mau diapakan lagi!).
3. Komatta mon da (bikin repot deh!).
4. Golden week (hari libur di Jepang, Tgl 3,4,5 Mei).
http://en.wikipedia.org/wiki/Golden_Week_(Japan)
5. Shimatta! (udah terlanjur!).
6. Ukkari shita! (lupa!/careless)

Tuesday, April 08, 2008

Ber-classic ria lewat Alma

Malam ini dinner berdua Alma sambil dengerin music classic. Bethoven...
Jyeeee...gaya bener!.
Seumur-umurku baru kali ini dengerin Bethoven.
Alma begitu menikmati musiknya, sambil tangannya sibuk menyuap mie rebus + daging kambing + slice cheese + sayur ke mulut kecilnya.
Hmm..ternyata enak juga nih dengerin instrumen music.
Karya Bethoven itu emang bagus.
Kaya kena terpaan angin ribut aja sih pake dengerin Bethoven segala....hihihihi.
Ini asa muasalnya karena iseng ingin pinjem Buku Lagu anak. Buku cerita yang dilengkapi CD lagu. AKu nanya ke perpus kota yang biasa jadi langganan. Kebetulan waktu itu mereka nggak punya persediaan alias nggak mengoleksi. Tapi hebatnya, si mbak petugas nyariin ke berbagai perpus lainnya. Hasilnya aku diberi list berisi 20 buku ber CD lagu yang bernuangsa anak beneran ampe pengenalan berbagai instrumen musik dunia untuk anak. Termasuk itulah si Bethoven tadi.
Waaah keren banget bisa minjem CD lagu classic ke perpus. Daripada ke toko musik yang mesti beli, ya nggak?...
Dari 20 daftar lagu tadi, akang ngusulin buat nyicil minjem CD instrumen musik dari berbagai penjuru dunia. Kali ini yang kami pinjam adalah musik dari Rusia, Amerika, dan Asia Tenggara (incl. Hawaian). Ketika aku nulis cerita ini, dari kompiku mengalir gamelan jawa....
Mulai besok sampai 2 minggu pendengaran Alma bisa ganti suasana nih. Biasanya lagu-lagu anak yang udah bosan didengerin (kali ya nak), sekarang bisa mulai dengar instrumen musik-musik baru.
Ini pengalaman menarik bagiku pribadi. Karena lewat pinjem instrumen musik ini, calon adeknya Alma udah bisa mendengar berbagai macam instrumen musik sejak dalam kandungan. Hal yang udah lama aku ingin lakukan buat Alma, ketika dia dalam kandungan. Nih, si dedek sibuk nendang-nendang karena perutku dekat bunyi-bunyian musik itu...

Nggak jodoh, nggak rejeki


Ini cerita bukan tentang aku cari jodoh loh!...

Tapi ada kaitannya dengan profesiku (selain sebagai ibu RT), yakni penterjemah.
"Pi, coba deh buka milis PPI Sapporo. "G" dan "P Indra" (nama-nama warga sinih) ngeposting iklan lowongan kerja sebagai penterjemah di Hokkaido Summit", kata suamiku suatu malam.
Nyang diajak ngobrol (=aku) lagi asyik nyiapin dinner untuk husbandku.
"Oya?".
"Iya, kebanyakan lowongan untuk penterjemah lapangan. Sehari jam kerjanya panjang, per jam 1500 yen. Kalo yang diposting P Indra khusus untuk student, tapi postingan G untuk umum tuh. Terutama yang punya kemampuan berbahasa Jepang dan Indonesia".
Aku senyum-senyum menanggapi uraian suami.
"Hehehe...kali ini nggak jodoh lagi deh kang".
"Loh kok nggak jodoh?".
"Kalo nggak salah summit kali ini diadakan mulai bulan Juli kan ya?"
"Iya deh, kalo nggak salah" kata suamiku. Dia mulai bisa menebak kemana arah pembicaraanku. "Eh, muri kah! (nggak mungkin ya)".
"Iya, si adek bisa brojol di tengah-tengah summit ntar...".
*********************************
Speak-speak about kesempatan seperti di atas, aku sering banget melewatkannya.

Misalnya, waktu World Cup 2002 yang diselenggarakan di Jepang & Korea. Trus, Kyoto Water Summit (kalo nggak salah pertengahan 2003). Padahal aku ada di Jepang waktu itu dan berkesempatan besar menjadi penterjemah.

Sejak april 1999-maret 2004 aku terdaftar sebagai penterjemah di kantor wisata Kyoto City. Sehingga jauh-jauh hari panitia summit, dan juga world cup udah menghubungi aku via surat. Surat itu isinya tawaran sekaligsu aplikasi untuk mengajukan diri sebagai penterjemah. Berhubung keduanya big event, maka harus terencana serapih mungkin termasuk untuk field penterjemah. Berbagai macam jenis interpreter diperlukan untuk mengback-up event-event tersebut. Dan aku biasanya udah hafal sistem kerja mereka. Ini karena aku udah 5 tahun kerja sebagai interpreter lapangan di Kota Kyoto. Sesekali aku join dengan travel agent sebagai konduktor wisata untuk wisatawan mancanegara (khususnya yang datang dari Indonesia).

Alasan aku nggak bisa terlibat dalam tugas sebagai penterjemah di 2 big event itu adalah kuliah. Waktu itu udah M2 (magister) tingkat akhir. Apabila aku jadi nrima kerja untuk world cup, maka aku terikat kontrak 1 bulan penuh. Gajinya gede banget, dapat world cup kit dan tugasku keliling Jepang disesuaikan dengan lokasi pertandingan yang lapangan bolanya tersebar di berbagai kota. Tapi berhubung akan menghadapi masa krisis menulis thesis, kesempatan emas itu aku tolak.

"Iiih si teteh kok ditolak sih, kan sayang. Coba kalo teteh jadi ikut, kan di CV teteh nanti tertulis pengalaman sebagai penterjemah World Cup, keren kan" kata juniorku suatu kali.
Walah waktu itu mana kepikiran sampe situ. Wong di mataku udah berjibun buku-buku referensi yang harus digarap untuk mengisi thesisku nanti. Dulu prioritasku kan cuma kuliah. Pilihan yang sebenarnya pahit.

Sedangkan untuk Kyoto Water Summit, aku sedang ada di LN. Dalam rangka penelitian bersama prof & beberapa teman se lab. Padahal Kyoto Water Summit itu kan bagian dari lingkungan, ilmu andalanku.

Lucunya lagi, ketika mulai menetap di Sapporo (tahun pertama-2006), ada tawaran jadi penterjemah untuk event besar juga. Waktu itu aku nrima lowongan kerja dari pemda Sapporo (infonya dari sekre labnya akang). Isinya menjadi penterjemah untuk kegiatan pertukaran pemuda di bidang olahraga. Ketika wawancara di Pemda, aku jadi tau bahwa akan datang 20 pemuda Indonesia (usia SD-SMA) yang dipilih untuk mengikuti camp sepakbola, dibawah pelatih terkenal Mr. Oh.

Tapi yang susahnya:
1. Aku mesti nginap dalam satu ruangan dengan para peserta tadi. Semuanya laki-laki pula. Walaupun mereka usia muda, tapi kan aku wanita...rasanya di Indonesia nggak mungkin deh wanita tidur campur laki-laki, walaupun itu terhitung anak-anak. Sistem tidur ini mengikuti pola Jepang, yang emang biasa campur pelatihnya (nggak peduli cewek or cowok) dengan teenagernya.
2. Aku harus ada dilapangan. Berpanas-panas, kadang harus ikut lari sana lari sini. Nah di sini aku mundur karena setelah dihitung-hitung nanti usia kandunganku masuk 6 bulan. Bisa-bisa brojol di lapangan.
3. Berpakaian training pack lengan pendek dan short pants. Walah, ini jelas nggak mungkin. Minta keistimewaan jelas nggak dipenuhi.

Nah yang terakhir soal Hokkaido Summit ini pun nggak jodoh lagih. Bulan Juli itu usia kandunganku udah masuk 9 bulan. Jelas aja mana bisa ikutan, dan mana mau panitianya nrimo (kaliiii...........). Padahal event kali ini berkaitan dengan bidangku: ilmu lingkungan.......

Thursday, April 03, 2008

Progress Alma

Tok..tok..tok...

Pha kabar nih para blogger?. Aku dah lama nggak upload, karena lagi sibuk ama urusan multiply. Rada berpindah ke lain blog nih. Tapi berhubung ada yang nanya: kok dah lama nggak cerita sih teh?...ya deh sekarang aku bagi-bagi cerita. Cerita tentang anakku aja yaa...malu nyeritain diri sendiri nih. Lewat cerita perkembangan anak, sapa tau bisa memberikan inspirasi atau malah ada yang mau berbagi cerita seputar hal yang sama. Di tungguuu...............




*****************************
Alma semakin besar dan sudah bisa berjalan. Walaupun belum lancar sekali, tapi setiap berjalan dia jarang jatuh. Kalaupun hampir jatuh Alma biasanya pintar mengatur keseimbangan badannya, sehingga tidak jatuh berdebam. Sekarang usia Alma sudah 1 tahun 4 bulan. Berat badannya baru 9.46 kg, tidak gemuk tapi sehat. Kata dokter Alma tipe anak yang ‘shoku ga hosoi’ (makan sedikit). Ini berkaitan dengan bentuk tubuh yang merupakan gen dari keluarganya. Alma kayaknya bakal ikut grup ‘tiang listrik’ seperti ayahnya, tinggi kurus..hehehe.

Kepintaran Alma sekarang bertambah. Dia semakin mengerti yang kami bicarakan. Misalnya, 'Alma, tolong buang pampers ke tong sampah ya'. Maka dia akan benar-benar mengambil pampers dan membuangnya sendiri ke tong sampah. Pernah suatu kali aku buang pampers nggak sampe ke tong sampah, Alma yang membenahi dan membawanya ke tong sampah. Di depan anak kita harus benar-benar menunjukkan sesuatu contoh yang baik. Pernah suatu kali aku melempar pampers di depan matanya. Maka ketika suatu kali aku meminta tolong ia membuang pampers seperti biasanya, ternyata yang dilakukannya adalah melemparkan pampers itu. Ups! pelajaran berharga buat diriku.

Alma juga tau kalau disuruh tutup spidol abis dipakai. Kami cuma bilang: 'Alma tutup spidolnya mana?. Tutup spidol...'. Maka dia akan cari tutup spidol, lalu menutupnya sendiri. Kadang-kadang sifat ingin mencobanya keluar, maka dia akan meninggalkan coretan-coretan di beberapa buku tapi tidak banyak. Tak apalah, bakal jadi kenangan buat kita semua kelak.Alma juga mau dilarang. Misalnya: 'Alma nggak boleh menggambar di tembok ya. Harus dibuku yang ibu belikan'. Maka dia akan menggambar di kertas saja, tidak pernah ditembok. Tanpa diawasi pun dia selalu akan mencoret-coret di kertas bekas yang selalu kami sediakan. Alhamdulillah sampai sekarang belum ada karyanya di tembok rumah...soalnya deg-degan juga kalo ampe tembok kotor. Ini kan apartemen sewaan.........



Alma juga semakin rajin belajar membaca buku. Dia paling senang kalau dibawa berkunjung ke perpus kota. Bahkan petugas di perpus senang kalau Alma berkunjung. Soalnya Alma suka ngintip-ngintip ke meja petugas perpus...senyum-senyum.Sehubungan dengan kegiatan membacakan crita untuk Alma yang sudah dimulai sejak usia 3 bulan, keliatan kami dah bisa panen nih. Akhir-akhir ini Alma sering mengeja sendiri. Sambil nunjuk-nunjuk bagian tulisan yang diminatinya dia barengi dengan mengeluarkan kata-kata. Seperti mengeja. Walaupun belum jelas yang dia sebutkan, tapi mendengarkannya saja sudah bikin geli. Melihatnya saja sudah bikin terharu.....

Alma juga tau sama calon adikknya. Kalau ditanya :'Alma, adek mana?'. Alma akan nunjuk ke perutku, kadang minta aku ngeliatin perut gendut ini. Dulu sih Alma selalu nunjuk lututku (maksudnya adiknya ada di lutut), ada-ada aja ya...

Masih banyak perkembangan Alma yang mengharukan. Misalnya, setiap kali akuselesai sholat dan akan mengaji maka dia akan ikut mendengarkan suaraku. Sebelumnya biasanya Alma minta dibacakan Asma'ul Husna. Kemudian huruf-huruf hijaiyah (alif, ba, ta dst). Baru setelah itu Alma mengijinkan aku membaca surat yang aku mau. Setiap ikut membaca Al Quran, Alma pasti ku pakaikan jilbab. Dia tau kalau sholat atau mengaji itu harus pake krudung, kadang dia yang nunjuk-nunjuk kepalanya minta dipakaikan kerudung.Membacakan Asma’ul Husna ini benar-benar dari keinginan Alma. Aku sendiri terus terang nggak pernah ngeliat (apalagi hafal) nama-nama Allah swt. Tapi Alma yang membukakan jalan sehingga sekarang bagiku turut membacakannya untuk Alma.












Alma paling suka dibacakan ayat-ayat pendek menjelang tidur oleh akang. Soalnya akang kan pergi pagi dan pulang sudah larut dan biasanya Alma dah bobo. Jadi urusan belajar Al Quran sama lebih banyak denganku, tapi kalau lagi susah tidur pasti dibacakan ayat pendeknya sama akang. Alma langsung tidur tuh…haha. Kalau sama ibunya, walaupun dibacakan ayat-ayat pendek tapi maunya maiiiin ajah. Malah lebih banyak aku yang ketiduran duluan.












Alma juga lebih senang makan dengan caranya sendiri. Setiap waktu makan datang, kami akan menggelarkan karper kecilnya. Karpet untuk piknik, jadi kalaupun kotor langsung bisa dibersihkan. Alma tau harus duduk di atas karpet itu. Dia akan menolak disuapi, lebih memilih makan sendiri. Baik itu makan nasi, makan sup, makan yogurt buah kesukaannya, atau apa saja. Dia akan ‘mengeram’ (tanda nggak suka) kalau Opi atau akang menyuapi. Minum pun sendiri. Gelasnya macem-macem, kadang pake gelas khusus anak kadang gelas besar biasa. Nggak selalu gelas plastik, tapi juga gelas kaca.












Alhamdulillah Alma bisa melakukannya sendiri. Jarang tumpah pula. Bahkan kalau sup, bubur yang berkuah akan diuyup (diseruput) ampe habis. Makannya pun baik. Kalau makan sendiri banyak habisnya, tapi kalau disuapin justru banyak mainnya. Pernah suatu kali aku bikin bubur kacang hijau pake labu siam/labu kuning. Alma pintar motong-motong ampe kecil labu kuningnya dengan sendok. Aku dan akang ampe kaget. Trus kalo lagi makan sendiri itu benar-benar duduk diam. Nggak kemana-mana. Dia akan mengingatkan kami untuk memasangkan celemek kalo lupa.












Catatan bagi kami berdua sebagai orang tua adalah, membiarkan Alma makan dengan gayanya sendiri sangat baik untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.












Untuk gosok gigi masih dibantu. Aku usahakan sehari minimal 2 kali. Atau kalau sempat setiap mandi, habis makan siang dan mau tidur malam. Terutama malam hari itu wajib. Tapi dia nggak pernah nolak kalau akan digosokkan. Gigi barunya muncul lagi 2, kiri kanan atas (gigi geraham). Totalnya sudah hampir 10.












Dia itu lebih banyak berbicara dalam bahasa Jepang.






Dia paling pinter bilang:Hai (iya); Iye (tidak)












Paling pintar nunduk-nunduk kayak orang Jepang kalo kami bilang:Arigatou gozaimas (terima kasih)Onegaishimas (tolong dong)Maka dia akan menjawab dengan kata ‘mas’ (akhirannya saja). Menunduk-nunduk seperti orang Jepang tidak pernah kami ajarkan, ini terjadi secara alami. Menurut pengamatanku, intonasi dalam bahasa Jepang sangat mempengaruhi Alma jadi nunduk-nunduk. Suatu penemuan yang patut diteliti lebih jauh lagi.