Semenjak punya anak, satu hal yang selalu membuatku ochikomu (down: stress) adalah pertumbuhan berat badan anakku. Ketika lahir, Alma beratnya 3,092 gr. Setelah itu sampai usia 3 bulan bertambah dengan baik (menurut grafik pertumbuhan bayi--berbasis anak-anak di Jepang). Tapi ketika usia 4 ke 5 bulan, tidak ada pertambahan berat sama sekali. Ini tidak aku sadari. Aku sempat heran, tapi ketika usia merangkak menjadi 5, ada kenaikan yang berarti. Tapi hitung punya hitung berat badan Alma di bawah garis rata-rata , tapi masih dalam batas grafik normal.
Tiba harinya cek 6 bulan. Dokter memberikan judge kalo berat badan Alma kurang 1 kilo!. Aku disuruh cek ASI dan nambahin susu formula buat ALma. Wah langsung deh aku ngerasa down. Gimana nggak!. Rasanya sudah sekeras tenaga aku berusaha service si baby. Aku pun nggak lupa memperhatikan pola makan diriku sendiri, biar ASI ku berkualitas.
Tadinya hampir saja aku langsung nyoba ngasih Alma susu formula. Biarin deh belum 2 tahun, tapi ASI dah dicampur ama susu kaleng. Tapi teman2ku di sini pada ngelarang. Kasian anak biar ajah ASI x-clusif dulu..bla..bla... Berhubung bingung dengan pendapat kiri kanan, aku langsung konsultasi dengan seorang bidang di Hoken Senta. Kebetulan dia selalu jadi tempat aku curhat. Kemudian oleh Ibu Nishida-begitu namanya, aku dipanggil menghadapnya. Lalu payudaraku dimassage untuk mengetahui kondisinya. Beliau melihat ASI ku bagus kok, hanya aku diajar bagaimana memijit payudara biar ASI lancar dan baik mengalir. Bahkan aku diperkenalkan dengan seorang bidan sahabatnya yang lebih x-pert soal itu. Dia pun bilang nggak ada masalah dengan ASI ku. Bahkan mereka bilang: "Jangan terlalu pusing dengan angka. Tapi liat juga pertumbuhan anak dari sisi lain. Angka tidak boleh dijadikan patokan, tapi apakah anak kita aktif, sehat, bersemangat dll. Itu lebih penting."
Berbekal nasehat kedua bidan itu, aku tetap melanjutkan ASI x-clusif buat si kecil. Ketika usia 10 bulan, kembali Alma aku bawa cek ke hoken senta. Aku dah deg-degan, ingin rasanya lari dari kewajiban cek ini. Apalagi bila harus bertemu dengan si dokter itu. Tapi ternyata aku dipuji!. What a surprise. "Berat badan anak ibu bagus!. Pas di garis rata-rata. Memuaskan!". Begitu kata dokter. Aku langsung berucap syukur kepada Allah swt, dan mencium pipi ALma bertubi2. Aku bilang ke dokter: "ini usaha dia dok, bukan saya".
Memang, setelah ALma mulai kukenalkan dengan M-PASI, dia makan apa sajah. Alma mengenal bubur pertama kali di usia 5,5 bulan. Itu pun bertahap, mulai dari 1 sendok. Tidak langsung banyak, ini metode yang diterapkan secara umum di Jepang. Di mulai dari 1 sendok, lalu 2 sendok, bervariasi mulai dari bubur nasi, bubur roti, bubur oat-meal, buah, sayur di blender halus dan tanpa bumbu penyedap..semuanya harus murni rasa.
Tapi...setelah usia 10 bulan muncul lagi permasalahan berat badan pada anakku. Hingga usia 1 tahun 15 hari berat badannya hanya 8,245 gr. Banyak yang menyangka putriku belum berusia 1 tahun. " Hosoi desu ne (kecil yaa..)". "Shes like a baby" (lah emang masih batita!!"ugh...). "Hmmm..iya ya kecil dek Alma"..bla..bla...Sebleeeeeeee........lagi-lagi aku down.
Memang ada masa-masa dia benci ama nasi. Yakni ketika usia 10.5 bulan-11 bulan. Hampir 2 minggu nggak makan dengan bener. Dia hanya mau makan dengan udon (mie putih gendut, khas masakan Jepang). Itu pun nggak mau dicampur sayur. Udon (baca: udong) tok!!!!. Kalo disuapin sayur langsung di pueh..pueh..ludahin. Susu formula pun : NO!!!. Dia bakal mogok makan udong kalo aku campur dikit dengan susu. Sensi banget anakku.
Akhirnya ada kesempatan aku pergi ke dokter. Yakni ketika ALma batuk2 (sisi abis kena influenza). Aku langsung curhat ama dokter (bukan dokter di hoken senta loh..). Kebetulan dokter ini adalah dokter yang take-care Alma sejak lahir. Alma ditimbang (polos tanpa baju), hasilnay 8,245 gr. Panjangnya (tinggi) 75 cm.
Dokter bilang gini ke aku: "So what gitu loh bu???" (hihihi).
Aku : Iya dok, orang2 bilang anakku like a baby.
Tiba harinya cek 6 bulan. Dokter memberikan judge kalo berat badan Alma kurang 1 kilo!. Aku disuruh cek ASI dan nambahin susu formula buat ALma. Wah langsung deh aku ngerasa down. Gimana nggak!. Rasanya sudah sekeras tenaga aku berusaha service si baby. Aku pun nggak lupa memperhatikan pola makan diriku sendiri, biar ASI ku berkualitas.
Tadinya hampir saja aku langsung nyoba ngasih Alma susu formula. Biarin deh belum 2 tahun, tapi ASI dah dicampur ama susu kaleng. Tapi teman2ku di sini pada ngelarang. Kasian anak biar ajah ASI x-clusif dulu..bla..bla... Berhubung bingung dengan pendapat kiri kanan, aku langsung konsultasi dengan seorang bidang di Hoken Senta. Kebetulan dia selalu jadi tempat aku curhat. Kemudian oleh Ibu Nishida-begitu namanya, aku dipanggil menghadapnya. Lalu payudaraku dimassage untuk mengetahui kondisinya. Beliau melihat ASI ku bagus kok, hanya aku diajar bagaimana memijit payudara biar ASI lancar dan baik mengalir. Bahkan aku diperkenalkan dengan seorang bidan sahabatnya yang lebih x-pert soal itu. Dia pun bilang nggak ada masalah dengan ASI ku. Bahkan mereka bilang: "Jangan terlalu pusing dengan angka. Tapi liat juga pertumbuhan anak dari sisi lain. Angka tidak boleh dijadikan patokan, tapi apakah anak kita aktif, sehat, bersemangat dll. Itu lebih penting."
Berbekal nasehat kedua bidan itu, aku tetap melanjutkan ASI x-clusif buat si kecil. Ketika usia 10 bulan, kembali Alma aku bawa cek ke hoken senta. Aku dah deg-degan, ingin rasanya lari dari kewajiban cek ini. Apalagi bila harus bertemu dengan si dokter itu. Tapi ternyata aku dipuji!. What a surprise. "Berat badan anak ibu bagus!. Pas di garis rata-rata. Memuaskan!". Begitu kata dokter. Aku langsung berucap syukur kepada Allah swt, dan mencium pipi ALma bertubi2. Aku bilang ke dokter: "ini usaha dia dok, bukan saya".
Memang, setelah ALma mulai kukenalkan dengan M-PASI, dia makan apa sajah. Alma mengenal bubur pertama kali di usia 5,5 bulan. Itu pun bertahap, mulai dari 1 sendok. Tidak langsung banyak, ini metode yang diterapkan secara umum di Jepang. Di mulai dari 1 sendok, lalu 2 sendok, bervariasi mulai dari bubur nasi, bubur roti, bubur oat-meal, buah, sayur di blender halus dan tanpa bumbu penyedap..semuanya harus murni rasa.
Tapi...setelah usia 10 bulan muncul lagi permasalahan berat badan pada anakku. Hingga usia 1 tahun 15 hari berat badannya hanya 8,245 gr. Banyak yang menyangka putriku belum berusia 1 tahun. " Hosoi desu ne (kecil yaa..)". "Shes like a baby" (lah emang masih batita!!"ugh...). "Hmmm..iya ya kecil dek Alma"..bla..bla...Sebleeeeeeee........lagi-lagi aku down.
Memang ada masa-masa dia benci ama nasi. Yakni ketika usia 10.5 bulan-11 bulan. Hampir 2 minggu nggak makan dengan bener. Dia hanya mau makan dengan udon (mie putih gendut, khas masakan Jepang). Itu pun nggak mau dicampur sayur. Udon (baca: udong) tok!!!!. Kalo disuapin sayur langsung di pueh..pueh..ludahin. Susu formula pun : NO!!!. Dia bakal mogok makan udong kalo aku campur dikit dengan susu. Sensi banget anakku.
Akhirnya ada kesempatan aku pergi ke dokter. Yakni ketika ALma batuk2 (sisi abis kena influenza). Aku langsung curhat ama dokter (bukan dokter di hoken senta loh..). Kebetulan dokter ini adalah dokter yang take-care Alma sejak lahir. Alma ditimbang (polos tanpa baju), hasilnay 8,245 gr. Panjangnya (tinggi) 75 cm.
Dokter bilang gini ke aku: "So what gitu loh bu???" (hihihi).
Aku : Iya dok, orang2 bilang anakku like a baby.
Dokter : Hmmm......
Dokter : Di Jepang ada istilah "Shoku no hosoi ko" or (dia nulis) Slim body gain". Jadi, anak ini emang makannya dikit. Tipikal bodynya nggak gendut. Biasanya ikut salah satu tipikal body ortu-nya.
---Hmm..aku jadi ingat. Kata suamiku, waktu kecil dia kurus..Sementara aku sendiri gemuk pendek. Terus aku jadi ingat lagi kalau papaku tipikal langsing.---
Dokter : Ya..bisa jadi ikut bapaknya.
---Iya sih suamiku tinggi, tapi nggak gemuk. Kurus kecuali setelah menikah, naik 10 kilo!. Shiawase butori kata wong Jepun (bahagia pasca nikah) ----.
---Hmm..aku jadi ingat. Kata suamiku, waktu kecil dia kurus..Sementara aku sendiri gemuk pendek. Terus aku jadi ingat lagi kalau papaku tipikal langsing.---
Dokter : Ya..bisa jadi ikut bapaknya.
---Iya sih suamiku tinggi, tapi nggak gemuk. Kurus kecuali setelah menikah, naik 10 kilo!. Shiawase butori kata wong Jepun (bahagia pasca nikah) ----.
Dokter : Sudah ya bu, jangan bingung-bingung lagi. Kalau diliat dari grafik dan ambil average body anak2 Jepang, anak ibu bukan jenis anak yang kecil. Dia ini tinggi dan ramping. Lagipula pertumbuhan berat badan anak setelah usianya 1 tahun (sd. 2 tahun) paling banyak juga 1-2 kilo. Kalo pun turun bisa sampai 500 gr (misalnya karena sakit). So, sampai kapanku tubuh anak ibu nggak akan tiba2 jadi gemuk loh...Youre lucky ya bu. Sapa tau anakmu jadi model (huahahahaha..ini mah aku yang ngarang..hihiih)".
So, ibu-ibu yang pusing dengan :
1. Pertumbuhan berat badan batitanya;
2. Pola makan batita/anak yang fluktuasinya naik turun....
Jangan takut or panic dulu deh. Cek juga tipe body keluarga kita, ya kakek, nenek, diri sendiri, suami or maybe tante--omnya si anak, sapa tau ada DNA yang dia terima dari mereka. Keep istiqomah (berusaha) memberinya makanan yang baik dan tentunya bergizi.
Buktinya, setelah Alma sakit tiba-tiba napsu makannya nggak bisa dihentikan. Apa pun dilahapnya. Udang rebus sebiji bisa habis kayak makan dessert ajah. Nasi, ubi, spaghetty, buah kiwi-apel-pisang, susu formula (walaupun cuma 200 ml sehari), pizza, apa ajah. Justru harus dikontrol biar nggak malah jadi beban bagi lambung dan perutnya.
So, ibu-ibu yang pusing dengan :
1. Pertumbuhan berat badan batitanya;
2. Pola makan batita/anak yang fluktuasinya naik turun....
Jangan takut or panic dulu deh. Cek juga tipe body keluarga kita, ya kakek, nenek, diri sendiri, suami or maybe tante--omnya si anak, sapa tau ada DNA yang dia terima dari mereka. Keep istiqomah (berusaha) memberinya makanan yang baik dan tentunya bergizi.
Buktinya, setelah Alma sakit tiba-tiba napsu makannya nggak bisa dihentikan. Apa pun dilahapnya. Udang rebus sebiji bisa habis kayak makan dessert ajah. Nasi, ubi, spaghetty, buah kiwi-apel-pisang, susu formula (walaupun cuma 200 ml sehari), pizza, apa ajah. Justru harus dikontrol biar nggak malah jadi beban bagi lambung dan perutnya.
No comments:
Post a Comment