Thursday, November 16, 2006

"HATSU YUKI"

Hatsu itu artinya pertama. Sedangkan Yuki bermakna salju.
Jadi Hatsu Yuki adalah Salju Pertama.

Minggu tanggal 12 lalu, adalah turunnya Hatsu Yuki di Sapporo.Hari itu jam tanganku menunjukkan angka 12.30 siang.Aku sedang melangkahkan kaki ke arah stasiun Soen, stasiun kereta api terdekat dari komplek apartemen tempat tinggalku. Hari itu aku ada tugas pergi mengajar bahasa Indonesia.

Hatsu Yuki sudah turun...padahal masih terhitung bulan November. Bulan ini di belahan lain Jepang masih diwarnai oleh suasana musim gugur. Daun menguning...gemerlapan seperti cahaya emas. Bercampur dengan warna-warna merah tua, coklat dan oranye. Tapi tanggal 12 ini, jadi saksi bahwa Sapporo akan segera bersolek dengan putihnya warna salju.

Bagiku Hatsu Yuki bukanlah di Sapporo ini, tapi adalah ketika aku menetap di Kota Kyoto. Tahun 1999,pertama kali merasakan terpaan salju yang melayang-layang dan menerpa wajahku. Sungguh membuatku terharu. Salju yang turun mampu memutihkan pemandangan di sekitar tempat tinggalku,membawa hatiku menjadi romantis..membuatku menulis puisi tentang keindahan salju. Pernah juga aku menangis karena tidak kuat menahan perasaan luar biasa atas penciptaan Allah swt ini.

Putih...dingin...terasa indah.
Ketika 'kapas-kapas' dingin itu melayang-layang di udara.
Ada rasa haru menyelimuti hati .
Ketika ku melangkah di bawahnya.
Bila digenggam maka ia menghilang.
Bila dipandang maka ia seperti kristal yang gemerlap.

Walaupun turunnya salju hari minggu ini sebenarnya bukanlah Hatsu Yuki bagiku, tapi tetap menjadi Hatsu Yuki sejak aku menetap di Sapporo. Sapporo........adalah kota salju.

Terus terang kehidupan di Sapporo di musim dingin, tidak bisa dikatakan menyenangkan. Ketika aku menginjakkan kaki di kota ini, Februari 2005, yang pertama kali menjadi kenangan adalah lapangan terbang yang diselimuti karpet salju. Aku terbang dari Bandara Haneda-Tokyo menuju Bandara Shin Chitose-Sapporo. Ketika akan boarding, aku ternganga melihat angka temperatur kota Sapporo hari itu. Minus 11 derajat celcius !.
Sebelum menikah dengan kang Diky,aku pernah menetap selama 7 tahun di beberapa kota di Jepang. Selama itu sudah 7 kali pula aku melewati musim dingin. Tapi belum pernah merasakan dinginnya temperatur dibawah 11 derajat. Kota terakhir tempatku tinggal, yakni Kota Kyoto-Pulau Honshu, adalah kota yang dikelilingi gunung (istilahnya 'Bonchi'). Kalau sedang musim panas, maka hawa panas akan mengepung kota itu. Sebaliknya, ketika musim dingin, maka Kota Kyoto akan menikmati turunnya salju. Tapi sedingin-dinginnya Kota Kyoto, belum pernah sampai di bawah 5 derajat. Aku tidak bisa membayangkan seperti apa sih hidup di kota bertemperatur minus 11 derajat.

Penerbanganku dari Haneda ke Shin Chitose, diwarnai oleh pemandangan menarik. Banyak sekali muda-muda bertampang bule yang menggotong peralatan besar. Seukuran papan selancar. Tapi masak sih, di musim dingin begini mau berselancar??...Dan mereka banyak sekali jumlahnya. Setelah tinggal di Sapporo, barulah aku tahu bahwa yang aku lihat waktu itu adalah papan skate board, tongkat ski, dan lain-lain. Muda-mudi itu kebanyakan berasal dari Australia dan Kanada.

Penerbangan dijadawalkan menghabiskan waktu 45 menit. Seharusnya....Tapi tiba-tiba pilot mengumumkan bahwa kemungkinan pesawat masih harus bersabar beberapa menit lagi melayang di udara, karena kondisi lapangan terbang tertutup salju dan tidak siap untuk dijajaki. Jadi harus di'sapu' dulu...hehehehe. Saat itu muncul sedikit ketakutan pada diriku. Rasanya salju itu 'osoroshii mono' (benda yang mengerikan). Anggapanku selama ini bahwa salju itu indah, membuatku romantis, ternyata punya sisi lain yang belum pernah kurasakan. Mungkin Allah swt mentakdirkan aku akan menetap di Sapporo adalah, sebagai salah satu tempat tinggal yang cocok untuk belajar melihat salju dari sisi lain.

Sekitar 10 menit, pesawat melayang-layang di udara....Akhirnya tiba waktunya pesawat yang kutumpangi bisa mendarat.Pemandangan dari jendela dalam pesawat adalah seperti di negeri dongeng "Narnia". Benar-benar putih. Dengan pohon-pohon gundul..kedinginan. Salju-salju yang berterbangan diterpa angin. Seperti film-film tentang kutub utara. Aku pasrah kepada Mu ya Allah.

Bertemu dengan suami tercinta yang telah menunggu di lobby kedatangan di Bandara Shin Chitose, membuatku tenang. Kang Diky....akhirnya kita ngumpul juga ya..

Kang Diky adalah pemandu yang baik. Aku diajari banyak hal tentang kehidupan di Sapporo. Aku diajak menikmati Festival Pahat Es. Di ajak main ski. Diajak melihat pingguin dan beruang kutub. Kang Diky selalu memegang erat tanganku ketika berjalan di atas tumpukan salju, karena ada kemungkinan terpeleset (dan memang pernah!).
Hingga kini aku suka nervous dan kecil hati hidup di Sapporo. Tiada lain karena salju yang terus menerus turun selama lebih dari 3 bulan. Berjalan di atas tumpukan salju bukanlah hal yang gampang. Perlu kesabaran, perlu kehati-hatian. Sampai ada petunjuk tentang olahraga ringan sebelum dan sesudah berjalan di atas salju. Badan pegal-pegal, bahu menjadi kaku setelah berjalan di atas jalanan penuh salju. Bayangkan saja cara pingguin berjalan...mungkin seperti itu.
Belum lagi masalah patah tulang karena tergelincir.Tidak sedikit kesulitan yang dihadapi oleh penduduk kota ini. Atap rumah yang ditumpangi tumpukan salju, dan harus dikeruk. Kalau dibiarkan maka akan membuat atap rumah rusak. Garasi mobil yang tidak bisa dibuka karena terhalang tumpukan salju.
Di sepanjang jalan, ada box kerikil. Boleh diambil oleh siapa pun untuk disebar di sepanjang jalan. Kerikil itu berfungsi untuk mempermudah pejalan kaki atau pengguna sepeda untuk menapaki jalanan yang licin karena salju. Disamping itu masih banyak hal-hal menarik, seperti sepatu anti slip, ban mobil anti slip,cara mengemudi yang cocok dengan kondisi jalanan di musim dingin, belum lagi harus berperang dengan derunya terpaan angin salju. Namun sisi jelek pun ada. Pertanian yang gagal karena musim dingin yang berkepanjangan.

Salju telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Kota Sapporo. Dan akutelah menjadi bagian dari kehidupan baru ini.

Ini tahun ke 2 aku menghadapi musim dingin di Sapporo.Dan tahun ini menjadi PR buatku, agar bisa lebih cerdas menjalani kehidupan di Sapporo. Apalagi nanti calon anak kami lahir di musim bersalju ini. Sebuah tantangan besar. Walaupun dalam diriku masih tersisa ketakukan berinteraksi dengan salju, tapi bagaimana pun semua ini harus dihadapi.
Oh, Hatsu Yuki.....selamat datang.
foto-foto diambil pada musim dingin tahun lalu
Feb akhir 2005
Foto 1: Snow Street, dalam kampus kang Diky
Foto 2: Di Festival Pahat Es, dilatarbelakangi
pahatan terbaik 2005
Foto 3: Di Tanuki Koji-down town, snow man

1 comment:

EnEl said...

Assalamu'alaikum,
Wah,dingin banget ya?di Chiba belum apa2x aja kita udah kedinginan
Sehat slalu dech jelang kelahiran si kecil.
Wasalam