Thursday, December 06, 2007

Home Schooling-Latar Belakang


Mulai awal bulan 11 kami menerapkan sistem Home Schooling/ Katei Hoikuen untuk Alma.
Alhamdulillah dalam sebulan saja hasilnya banyak sekali yang bisa di panen.
Cerita selengkapnya menyusul adalah begini..........
*LATAR BELAKANG*
Sebenarnya tidak terfikir oleh kami akan menerapkan sistem "study at home" untuk Alma. Malah kami sudah mendaftarkan Alma untuk masuk ke hoikuen/nursery daycare (semacam playgroup untuk anak usia 0-3 tahun). Alasan kami adalah keinginanku untuk bekerja penuh waktu dan memberikan kesempatan Alma bersosialisasi. Kehidupan di sini nggak seperti bila kami berada di tanah air. Kalau di Bandung (tempat keluarga ngumpul), ada kakek-nenek, om-tante, para sepupu-nya Alma. Juga ada para tetangga yang pasti akan mewarnai keseharian Alma. Sedangkan selama tinggal di Jepang ini, hubungan dan komunikasi antar tetangga itu tidak terjalin dengan baik. Susah deh berteman dengan tetangga orang Jepang, walaupun kami sudah hidup bertahun-tahun di sini. Kalaupun berhasil menjalin hubungan baru, biasanya lebih banyak kontak lewat email or telepon saja. Belum lagi kesibukan teman-teman sesama Indonesian yang akhirnya hanya menyisakan kehidupan sepi, cuma bertiga--aku, suami dan Alma. Karena itulah kami berharap dengan mendaftarkan Alma ke hoikuen tadi, setidaknya membuat dia jadi banyak teman. Dan juga menjadi salah satu kesempatan aku untuk membuka hubungan lebih luas lagi dengan para orang tua yang juga menitipkan anak2nya di hoikuen.
Ternyata eh ternyata, seluruh rencana tidaklah berjalan segampang yang kami bayangkan. Sistem penitipan anak di Sapporo (khususnya) dan di Jepang (umumnya), apalagi yang dikelola oleh pemda, ternyata diprioritaskan bagi para orang tua yang "tidak bisa mengurus anak" mereka setiap hari. Prioritas target adalah orang tua yang "tomobataraki"/keduanya bekerja; atau yang ibunya bersekolah/kuliah. Sedangkan "jenis" ibu RT seperti aku sebenarnya nggak masuk dalam kuafikasi orang tua yang berhak mendaftarkan anak2nya. Kalaupun aku tetap ingin mengajukan Alma untuk masuk ke hoikuen milik pemda itu, maka pihak pemda memberikan gambaran bahwa tidak bisa menjamin kapan Alma bisa segera ke sekolahnya. Bisa jadi aku menunggu lebih dari 1 bahkan sampai 2 tahun ke depan.
Kenapa sih aku memilih hoikuen yang dikelola oleh pemda?. Karena dari segi biaya sangat murah bila dibandingkan dengan hoikuen umum. Selain itu juga waktu penitipan lebih panjang, bahkan bisa sampai malam bagi orang tua yang menginginkan.
Aku baru ngeh ternyata di Jepang itu yang namanya "ngurus anak" itu memang kewajiban seorang ibu. Makanya banyak sekali para wanita single yang akan menikah, akan memilih berhenti dari pekerjaannya apabila berencana segera memiliki anak. Umumnya, para wanita yang telah beranak, akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anak mereka sudah berusia 3 tahun lebih. Apabila sudah berusia 3 tahun lebih,maka sudah bisa dimasukkan ke TK.
Kembali ke cerita latar belakang penerapan home-schooling buat Alma, pada akhirnya aku dan suami hanya pasrah dengan hasil pendaftaran hoikuen buat Alma tadi. Namun ternyata Allah swt berencana lain. Pada suatu hari, tanpa sengaja aku membaca sebuah majalah parenting yang didalamnya ada tawaran buku yang berjudul : "Kisah 24 orang ibu yang membesarkan para jenius cilik". Tentunya dalam judul bahasa Jepang. Aku hanya tinggal kirim selembar kartu pos yang sudah disediakan oleh majalah tadi. Tak berapa lama, datanglah sebuah paket yang pengirimnya adalah sebuah perusahaan home-schooling. DI dalamnya terlampir berbagai macam pamflet yang berkaitan dengan home-schooling tadi dan buku yang aku minta. Namanya perusahaannya adalah NIHON GAKKOU TOSHO. Lalu aku bacalah isi pamflet dan buku tadi. Ternyata isinya sangat menarik. Buku yang aku pesan tadi berisi tentang para ibu yang telah menerapkan sistem dari perusahaan ini, dan telah terbukti bahwa ke 24 orang ibu tadi berhasil mendidik anak2nya. Kebanyakan dari mereka memiliki anak2 berusia 3 tahun yang berIQ di atas 220. Ini berkat latihan terus menerus sejak si anak berusia minimal 3 bulan hingga 3 tahun (seusai dengan program).
Sekitar 2 minggu sesudah itu, tiba-tiba aku menerima telp dari seseorang yang bernama ONO-san. Seorang wanita bersuara lembut yang ternyata berkaitan dengan perusahaan pengiriman pamflet Katei Hoikuen (KT) tersebut. Dari dia aku mendapat banyak keterangan lengkap, bahkan aku ditawari hal yang menarik. Yakni, mereka akan mengirim seorang konsultan dari perusahaan mereka ke rumah kami, untuk menerima keterangan berikut contoh penerapan KT ini. Free of charge pula!. Akhirnya atas urun rembug dengan suami, aku membuat janji dengan Mr. NISHIMURA untuk melakukan konseling di rumah kami.
Tepatnya, pertengahan September, Mr. NISHIMURA datang sesuai janji. Beliau menerangkan sangat detail mengenai keuntungan menerapkan sistem ini. Yang utama adalah, bahwa yang menjadi pembimbing adalah orangtua/ibu utamanya. Yang kedua adalah kualitas bermain si anak lebih terarah, terutama ditujukan untuk mengisi perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dengan berbagai macam permainan bermanfaat. Misalnya, puzzle (melatih keterampilan jari dan konsentrasi anak), picture-card (mengenalkan berbagai bentuk binatang, orang, bendera seluruh negara di dunia, bunga, dll), dots-card (kartu bergambar titik-titik merah khusus untuk mengenalkan matematika), CD 5 bahasa asing, dan masih banyak lagi. Dari Mr. Nishimura juga kami mendengar bahwa putri dari Ibu Ono (sekarang berusia 8 tahun) juga mendapat pendidikan dengan sistem ini. Tes IQ pertama sang putri dilakukan pada usia 2 tahun, dan menghasilkan nilai 230. Bahkan kami pun sudah bertemu dengan Ibu Ono yang langsung datang berkunjung. Dari beliau kami tau bahwa kemampuan putrinya memang di atas rata-rata teman sebayanya. Mulai dari serap membaca, matematika, dan kecepatan menjawab berbagai macam pertanyaan dari gurunya di SD. Dengan kelebihan dia ini, sang guru memprediksi bahwa dia dengan gampang bisa masuk ke Tokyo University (universitas no 1 di Jepang).
Mr. NISHIMURA juga mengajarkan kepada kami bagaimana menggunakan seluruh alat belajar ini agar efektif untuk si anak. Cerita mengenal alat-alat ini akan coba kupilah dalam cerita-cerita
berikutnya yaaa....
Untuk mengadopsi sistem home-schooling yang sekarang ini kami menghabiskan dana yang tidak sedikit. Awalnya kami terus menerus berdiskusi tentang baik buruknya apabila mengadopsi sistem ini. Selain karena muahalnya, juga apakah kami sebagai orang tua akan mampu membuat ALma menjadi salah satu "jenius baru" seperti yang diceritakan para ibu di buku tadi. Walhasil, aku dan suami sepakat bahwa:
1. Ini adalah investasi buat masa depan gemilang Alma.
2. Ini adalah latihan bagi kami sebagai orang tua dalam pendidikan anak2.
Setelah melalui pemikiran yang panjang dan serius, akhirnya kami saat ini sudah menerapkannya sekitar 1.5 bulan. Kami membeli paket jenis 2 (untuk perkembangan otak) dari 6 jenis paket yang ditawarkan. Adapun jenis paket2 tersebut adalah sebagai berikut:
1. Paket 1, Buku cerita (usia 0-3 tahun). Hanya berbahasa Jepang.
2. Paket 2 (selengkapnya pada cerita berikutnya).
3. Paket 3, lagu-lagu anak (ini pun berbahasa Jepang)
4. Paket 4, berbagai macam buku antroplogi.
5. Paket 5, Bilangual berbagai jenis huruf, lagu (English dan Jepang)
6. Paket 6, Permainan rakitan (kayu).
Ketika paket alat belajar Alma datang, yang membuat kami surprise adalah: Masya Allah segini lengkapnya!!!. Bisa sekian banyak keturunan anak dan cucu kita yang bisa memakainya.
Satu hal yang membuat kami bersemangat adalah, membayangkan masa depan Alma (dan adiknya kelak) yang semoga menjadi lebih baik dari kami. Melihat dia yang bersemangat melototi kartu-kartu gambar, lalu menunjuk-nunjuk karena tertarik, menatap serius ketika aku atau suami sedang memperlihatkan kartu-kartu tadi di depan matanya, dst, membuat kami sepakat bahwa ALma suka dengan sistem ini. Memang bukan tanpa halangan, misalnya mood dia yang jelas naik turun, atau tidak suka melihat dots-card, maunya main dengan picture-card saja, dll. Belum lagi urusan kami sebagai orang tua yang juga sibuk dengan urusan dapur dan pekerjaan di luar rumah. Kadang kitanya siap dan semangat, tapi Almanya yang lagi bete. Atau sebaliknya, Almanya yang udah sibuk di depan papan tulis, tapi aku yang sibuk dengan urusan beberes rumah. Tapi, prinsip dari sistem ini adalah: bahwa setiap harinya harus YASUMAZU/tidak berhenti, AKIRAMEZU/tidak putus asa, TSUZUKU/terus menerus.
Selain usaha kami berdua, pihak perusahaan juga selalu mengirimkan panduan bulanan kepada para member katei hoikuen ini. Sehingga kami bisa mendapat gambaran mengenai hal-hal yang sebaiknya dilakukan, setiap bulan sesuai dengan pertambahan usia anak.
Memang pada akhirnya aku tidak jadi bekerja, tapi Alma tidak perlu ke hoikuen umum. Kami juga tidak perlu khawatir Alma nggak gaul, toh anak seusia Alma sekarang belum perlu pergaulan seperti yang kami bayangkan (ini berdasarkan analisi Mr. Nishimura). Dengan adanya peralatan belajar yang lengkap di rumah, kami bisa mengajarkan banyak hal kepada buah hati tercinta. Selain IQnya terasah, inshaa Allah melalui komunikasi yang rajin dengan orang tuanya maka EQnya pun bisa dipupuk dengan kelembutan.








6 comments:

meong said...

halow... boleh dong dibagi konsep home schooling nya..hehee

meong said...

eh ..sakit apa? mg2 ga serius and cepat sembuh,amiin. Eh ngemeng2 kenapa sekarang ga bisa post di SB nya? ada pesan cookie deactivated mulu. kunaon nyak?

Anonymous said...

hallow.. salam kenal ya..
saya aiz.. wah seru deh baca ceritanya mengenai homeschollingnya alma..
alma mulai home scholling dari umur berapa? 11 bulan?
anakku sekarang 7 1/2 bulan..
hm.. mulai cari cari niy tentang pendidikannya nanti.. kebetulan aku dan hubby sama sama kerja..
kalau mau balas, boleh japri ya ke email ku..
ar1c1a@yahoo.coom
aku pengen tau lebih dalam niy mengenai home schooling di jepang ini..
thank you ya..

Cheers, mamanya nathan

Anonymous said...

wah boleh tau konsep home schoolingnya ga?aku ada tugas untuk review tentang penitipan anak...
kirim ke mail saya di mochi_jepang
@yahooooooo.cooom thx yah...^^

Anonymous said...

Assalamu'alaykum mbak...
Salam kenal...aku tertarik tu mbak sama homeschoolingnya. Btw, paketnya harganya berapa ya? kalo dikirim ke indo mahal ga ya? Daku tertarik banget sama konsep sekolah rumah. Bisa share mbak? maturnuwun.

(Ummu Asiyah Dian Amalia)

nakita school said...

salam kenal nama saya darmawan agus satriyo, saya dan teman2 memiliki sekolah yang konsepnya dirumah yaitu tempat belajarnya dirumah dan serambi jumlah murid kami ada 17anak, dan sekolah ami adalah sekolah murah kebanyakan anak2 kami dari anak kurang mampu. oya adakah di indonesia ada komunitas untuk sekolah alternatif ga?? semacam milik mbk gitu atau mbak punya komunitas??saya pengen gabung