Sapporo, 9 Juni 2008
Hari ini cek rutin kandungan. Kali ini aku ditemani oleh Mbak Nina, WNI yang suaminya adalah student di Hokkaido Univ. Mbak Nina ini baeee banget, pinter ngemong anak, jadi anakku-Alma pun betah lengket abis ama Nina.
Brangkat sejak jam 9 pagi, padahal badanku lagi capek banget. Ketemu Nagashima sensei seperti biasanya yang selalu dinamis. Kali ini sensei memberi aku surprise!.
Sensei: "Novi-san, rencana operasi tgl 24 Juli kan ya?. Apakah ada yang mau tachi-ai (mendampingi)?."
Aku: ????. Maksud sensei?.
Sensei: "Begini, ada kebijakan baru bahwa di rs ini akan diberlakukan ijin bagi anggota keluarga untuk menemani istri melahirkan di ruang operasi".
Aku: "Ohya!. Wah...senengnya!. Suami saya pasti senang sekali mendengarnya. Itu cita-cita dia sejak kehamilan pertama dulu. Hanya saja karena saya ceasar, jadi cita-cita melihat kelahiran anak kedunia tidak kesampaian. Rencananya suamiku hanya ingin punya anak 2 orang, jadi mungkin ini kehamilan terakhir bagiku"
Sensei dan suster pendamping geli melihat tingkahku yang kesenangan seperti anak kecil dapat mainan.
Gimana nggak seneng!. RS tempatku cek sekarang ini RS Pemerintah (bukan klinik bersalin), jadi tidak pernah ada keistimewaan bisa melihat kelahiran anak langsung, apalagi kalau sang ibu hamil akan dioperasi ceasar. Kalau lahiran alami mah biasa ya, suami/keluarga yang dipilih untuk mendampingi proses kelahiran.
Pernah sih aku baca di salah satu tabloid ibukota, bahwa Nugie (adiknya Katon Bagaskara) diijinkan merekam video kelahiran anak pertamanya yang lahir lewat proses operasi ceasar juga. Sempat mengerenyitkan kening, soalnya ruang operasikan harus steril banget. Selain itu anak yang lahir lewat operasi ceasar tidak boleh langsung didekap ibunya di ruang operasi, itu pun karena alasan kebersihan/steril.
Sensei: "Kalau Novi-san ada CD lagu favorite pun tinggal bilang aja. Ntar kita pasang biar kamu dengar selama di operasi".
Aku: "Waaah sampai segitunya sensei?. Kalau tidak salah waktu kelahiran Alma, musiknya classic. Itu juga udah cukup sensei".
Waktu lahiran Alma dulu, mana bisa mikir mau lagu apa?. Wong batinku berperang karena Alma nggak nongol-nongol ke dunia, padahal ketuban dah pecah duluan, aku dah diinduksi, 4 hari lamanya si nduk kecil ngendon betah di perutku.
Sensei: "Ehh nggak apa-apa. Jangan ragu-ragu, misalnya musik tradisional negerimu".
Aku terkekeh sambil meluk dokter wanita favoriteku ini.
Aku: "Ah nanti kalo sensei dengar musik unik, yang ada bukannya ngoperasi aku".
Sensei: "Enggak kok, saya pasti mampu konsentrasi...heheheh".
Sensei: "Enggak kok, saya pasti mampu konsentrasi...heheheh".
Aku: "Tapi kenapa mendadak gini sih sensei?. Maksudku, kenapa sekarang diijinkan anggota keluarga melihat proses operasi. Kan selama ini nggak boleh?. Trus sekarang ada plusnya, boleh milih lagu favorite untuk dipasang".
Sensei: "Iya, melalui rapat dengar pendapat, kami pihak rumah sakit sepakat menerapkan kebijakan baru ini dengan alasan bahwa suasana seperti itu akan memberi semangat kepada sang ibu. Juga merupakan bagian yang harus dipentingkan dan kami yakini merupakan bagian dari proses kelahiran itu sendiri".
Aku mengangguk-angguk.
Sensei: "Oya, kalau suamimu ingin merekam dengan video pun ok. Tapi bukan sampai melongok perut yang dibedah ya...hahaha...Yang direkam itu adalah timing ketika anakmu nanti diangkat keluar dari perut. Suamimu akan duduk disampingmu".
Segitu aja udah seneng sensei, nggak minta lebih deh. Happy.............
No comments:
Post a Comment