Saturday, September 01, 2007

Operasi ceasar (2)

Tgl 5 Desember 2006. Pagi hari.
Sudah tidak bisa lagi menghitung jumlah jam yang mengalir setelah air ketubah pecah. Rasanya udah lewat dari 48 jam. Sangking gelisahnya, aku paksakan khatam Al-Quran di rumah sakit. Selama mulai kehamilan, aku memangi sudah nazar mau khatam Al-Quran. Sebelum melahirkan sudah tamat satu kali. Berkat calon bayi yang tidak juga keluar, akhirnya aku khatam juga 2 kali. Ketika ketuban pecah, bacaan Al Quran udah masuk ayat-ayat pendek. Aku mengira nggak bakal khatam yang ke-2, ternyata Allah swt memberikan kesempatan untuk itu.

Aku juga menelepon ke keluarga di Bandung. Tak kuat aku menahan air mata. Sedih, ingin ada papa dan mama di sini....Aku meminta maaf kepada kedua orang tuaku, dan meminta doa agar aku bisa makin kuat melewati masa-masa persalinan.Sebelum induksi dimulai, akui di rontgen ulang, Posisi bayi di cek, dicari penyebab kenapa sih nggak ada bukaan?. 48 jam cuma nambah 1 cm . Ketika di rontgen, plus di USG, waktu itu Alma sehat wal'afiat. Gerakannya lumayan aktif. Lucunya, suster yang jaga di ruang USG ngirain opi cuma datang untuk cek mingguan. Katanya, "air ketubannya masih banyak loh. itu liat saja, bayinya lagi berenang-renang. Kalo tidak salah jadwal ibu melahirkan masih 10 hari lagi kan ya???". Aku ampe sebel sama tuh suster. Apa dia nggak liat kalo aku dah pake baju rawat inep???. Hehehhee bete banget deh.Di rontgen posisi Alma ternyata adem ayem. Maksudnya, keliatan dia stuck di sebuah posisi. Dokter Nagashima, yang nanganinku bilang, posisi Alma sebenarnya bisa diupayakan untuk lahir normal. Hasil foto rontgen dari samping memperlihatkan hasil bahwa posisi Alma normal.Tapi, kalo diliat dari atas, ternyata tulang panggul sebelah kananku kurang lebar. Padahal kepala Alma tuh udah keliatan nempel di jalur ujung panggul.
Dokter Nagashima mengembalikan keputusan kepada kami berdua. Akhirnya dicobalah induksi. Awalnya sih nggak berasa sakit. lama-lama rasa sakit luar biasa mulai terasa. Suster memasang rangsangan per 5 menit....Subhanallah sakitnya!!!. Yang ada cuma bisa berdzikir. Dipegangin akang sambil punggungku diurut-urut, lalu dibarengi akang yang ikut berdzikir. Setiap sakit terasa, kami berdua hanya bisa mengucap Astagfirullah....astagfirullah....Rasa sakit makin nggak ketahan. Secara mental aku dah down banget, jadi rasa sakit yang ada menambah beban di seluruh tubuh. Ketika kadar rasa sakit sudah tidak tertahankan, aku minta dipanggilkan suster. Ingin rasanya rasa sakit ini dicabut saja. Nggak kuat...nggak kuat. Aku takut menyakiti anakku sendiri. Yang ada di kepala cuma anakku...anakku..anakku. Keluarkan dia, jangan biarkan dia berlama-lama. Apapun caranya, aku siap. Di beset pun siap.
Suster mencoba mengecek jumlah bukaan. Tetap saja cuma 3 cm. Aku akhirnya minta ijin akang untuk memilih di operasi. Akang mengerti rasa gelisah batin ku. Akang mengiyakan, padahal aku tau bahwa impian akang adalah melihat persalinan secara langsung . Suami dan aku ingin punya kenangan moment saat melihat lahirnya bayi kami. Sayang sekali, jalan operasi harus ditempuh. Menjelang operasi, dokter menjelaskan bagaimana sebenarnya operasi ceasar itu.

Terus terang aku dah lupa apa sih yang dulu dijabarkan oleh dokter. Tapi kami berdua yang mendengarkan penjelasan sang dokter, seperti disadarkan dan dihadapkan pada kenyataan bahwa operasi ceaser itu bukanlah sebuah pilihan yang tidak mengandung resiko apa pun. Operasi ini ternyata menyangkut nyawa sang ibu dan bayi juga. Banyak kemungkinan terburuk yang bisa timbul pada operasi ini. Misalnya, pecahnya pembuluh darah di kaki yang berakibat cacat, serangan jantung, hingga kematian . Sayangnya akui sudah lupa detailnya.
So, kami berdua bisa bilang ke semua orang, bahwa operasi ceasar bukanlah 'cadangan' daripada proses kelahiran normal. Tapi, sama pentingnya dan sejajar dengan proses kelahiran normal. Cuma mungkin tidak banyak dokter yang bisa menerangkan dengan baik pentingnya operasi ini, termasuk dampak buruk daripada operasi ini.

Tgl 5 Desember 2006. Jam 16:00 Menuju ruang operasi

Masuk ke ruang operasi pun ternyata memerlukan keberanian. Kepasrahan, keikhlasan, dan optimisme bahwa inilah yang terbaik. Terutama buatku dan calon bayi.Melihat para dokter yang sangat telaten memberikan semangat kepadaku, rasanya mampu mengatasi beban di dada ini. Yang terasa saat itu adalah rasa sepi karena tidak ada akang yang mendampingi. Di dada hanya doa dan doa, semoga Allah swt mempertemukan kami lagi.Sekujur badan mulai kaku oleh suntikan, rasa sakit akibat induksi mulai lenyap. Tapi yang tertinggal adalah rasa tidak berdaya. Kembali akui mengingat Allah swt dan anak di dalam kandungan. "Sabar ya nak, sebentar lagi Allah swt akan mempertemukan kita".
Selama operasi aku hanya merasakan badanku ditarik sana tarik sini. Aku dibius lokal, dari bagian leher sedikit ke bawah hingga ujung kaki terbujur kaku.Suasana tegang di dalam ruang operasi membuatku jadi ikut tegang. DI situ terasa banget beban para dokter menghadapi persalinan. Menggigil sekujur tubuh ini. Mungkin aku akan mati! begitu sempat terlintas. Ketika terdengar suara tangis bayi.....yang pertama kali terasa adalah nafas lega diriku sendiri. Setelah itu air mata mengalir. Wajah Alma didekatkan pada wajahku. Duuh Nak, betapa bahagianya Ibu. Otsukaresama...(ucapan setelah bekerja keras).

Setelah Alma lahir, kami langsung rooming. Alma minum ASI pertamanya langsung dariku, tanpa ditambah susu formula apa pun. Hari kedua aku sudah belajar berdiri dan berjalan. Yang patut disyukuri juga adalah, biaya persalinan yang sangat murah . Semuanya ini bisa kulewati karena kekuatan dari Allah swt, support dan doa dari suami dan keluarga yang tiada henti, dan tentunya kerja keras para dokter dan bidan.

3 comments:

Anonymous said...

Barokalloh Mba Novi,otsukaresamadeshita(alma skrg sdh besar ya). Kalau setau saya,lebih banyak kasus operasi sesar yang dilakukan setelah perjuangan sakit 'tiada tara' via induksi/stimulasi persalinan yang tak berhasil. So pasti lebih sakit dan lama kan ya...Terkadang kita sendiri loh (yg menjalani sesar) yang merasa berbeda(krn sebetulnya kita jg ingin Normal kan?),jd malah sensitif dgn anggapan/tanggapan orang. Hihi ceritanya sy sdh mengalami ketika persalinan anak pertama (sesar). Alhamdulillah berkat suami yang sennatiasa mensupport dan jg keyakinan bhwa saya bs melahirkan normal, anak ke-2 saya bisa melahirkan normal(VBAC).Tentunya bila alasan operasi sesarnya bukan hal2 yang mutlak misalnya panggul sempit(CPD).

Anonymous said...

Teh novi.......pa kabar......
dede alma dah besar ya.
Nuha juga pas lagi lahiran jabir akhirnya cecar setelah berusaha ngeluarin jabir ndak bisa2, padahal sdh pembukaan 10. trus skrg lagi hamil lagi, jadi khawatir takut cecar lagi, tapi baca komentar yang diatas jadi lebih positiv thinking, mudah2an bisa lahiran normal ^-^

bestfriend said...

Mbak Nuha, trima kasih dah kasih komentar di blogku.

Selamat atas kehamilan yang ke(?) 2 kah?. Mengenai proses kelahiran normal setelah sebelumnya melalui ceasar, bisa aja loh. Tapi dengan syarat:
1. Jarak kehamilan minimal 2 tahun.
2. Tidak ada kondisi yang mengharuskan sesar lagi.

Di Jepang setau saya, secara umum para dokter akan memilih operasi ceasar apabila sebelumnya calon ibu sudah pernah mengalami operasi ceasar juga.

Kalo dokternya mbak Nuha bilang gimana?.

Di tunggu ceritanya yaa...