Aku punya beberapa orang teman yang punya kemampuan menulis. 4 orang temanku dah ngeluarin buku...wuuuiiih...urayamashii kagiri (jealous banget deh!). Gimana nggak ngiri, rasanya dalam hidupku kok ya nggak ada gebrakan kayak mereka. Padahal semua teman-temanku itu bukan penulis karbitan, tapi melewati berbagai proses pematangan diri. Tak sedikit dari mereka yang men-enchourage aku untuk menulis. Bukan sekedar menulis, tapi ampe nelorin karya yang bisa dibaca oleh banyak orang.
Inget-inget jaman SMP, aku punya kumpulan tulisan yang tak pernah selesai (heheh) sebanyak 3 buah buku. Semuanya berisi cerpen remaja yang endingnya 'terkatung-katung' alias belum berujung. Gara-garanya yaa..inspirasi mengembangkan tulisan macet di tengah jalan. Misalnya, lagi asyiik nulis harus menghadapi ujian semesteran, ya udah bubar jalan deh. Kalo lagi ada ide, buku kumpulan cerpenku itu langsung jadi santapanku.
Pernah satu kali aku menjerit kesenangan. Buah penaku diterima dan dimuat di majalah remaja ANITA (duuhh jaman jebot banget ya). Karyaku dihargai 30 ribu rupiah waktu itu. Buat anak SMP (tahun 80-an) dapat uang sebesar itu udah merasa paling kaya. Yang lebih terasa nikmat adalah ketika tiap hari melototin karyaku di majalah itu. Majalah ANITAnya ampe lecek. Tak lupa aku bandingkan karyaku dengan karya-karya utama lain yang dimuat. Seharian aku menari-nari sambil mengibas-ngibas uang 30 ribu rupiah. Keluargaku geli ngeliat tingkahku itu.
Kedua kali kebahagiaan seperti itu aku rasakan juga ketika karyaku di muat di tabloid anak-anak (dah lupa nama tabloidnya). Judul karyaku "MOMOTARO". Karya ini adalah hasil terjemahan dari cerita rakyat Jepang. Oh iya, waktu itu aku dah duduk sebagai mahasiswi FASA Jepang-Unpad (tahun 93-an). Dapat reward sebesar 55 ribu....hehehe ada peningkatan juga ya.
Ada sebuah email dari sahabatku yang baru aja merilis bukunya yang terbaru:
"Kalo aku gape berbahasa Jepang kayak mbak Novi, pasti aku akan terjemahin banyak buku. Trus tawarin ke penerbit-penerbit di tanah air. Hayolah mbak, cari bahan yang bisa diterjemahkan"
Aku mengelak belum sanggup dengan alasan sibuk ngurus Alma. Belum punya waktu cukup untuk menulis (mengasah kemampuan menulis). Padahal aku terus merenungi isi email dari temanku itu. Ilmu menulisku masih dangkal, perlu latihan dan latihan.
Sedangkan untuk hasil terjemahan, sebenarnya sudah puluhan karya yang kuhasilkan.Tersebar dalam bentuk booklet, buku panduan, majalah, pamflet, sedangkan isinya sangat beragam. Hanya saja semua itu aku kerjakan atas permintaan beberapa perusahaan. Jadi aku belum bermain secara single, masih 'disembunyikan' atas nama perusahaan.
Ketika aku membaca buku karyanya yang berjudul: "Ustad Jaka ijinkan aku menjitakmu, please!", perasaan urayamashiiku tadi kembali menjalari tubuh. Aku ingin sekali kembali menekuni hobby kecilku ini. Di kepalaku banyak sekali ide, tema, judul yang bisa diangkat menjadi tulisan. Tapi tentunya harus digodok matang untuk jadi sebuah barang dagangan. Ya Allah, keinginan menulisku setiap hari semakin membesar. Ada satu tema yang kini terus menerus menguasai imajinasiku dan ingin coba benar-benar kutuangkan dalam untaian kalimat. Kemudian mencoba untuk berjualan karya yang sebenar-benarnya. AKu ingin tau apakah akan ada kebahagiaan ke-3, ke-4 menghampiriku seperti dulu.
Yap, aku harus bikin gebrakan untuk hidupku.