Minggu, 04.30
Di tengah heningnya malam dan lelapnya tidurku, tiba-tiba ada suara-suara mengeluh.
"Aduh...aduh..aduh..".
Aku pikir ini mimpi, tapi kucoba buka mata di tengah remangnya lampu tidur.
Alma lelap, menguasai hampir 1/2 tempat tidurku (kami).
Kuliat ke sebelah kananku, ternyata kang Diky tengah duduk dengan kepala menunduk-nunduk.
Suara keluhan tadi dari akang.
"Kenapa kang...,"tanyaku.
"Mata..mata akang nggak bisa dibuka!."
Aku sedikit bingung, tapi ngeliat suamiku yang memegang-megang matanya jadi bangun juga deh. Pas ngeliat bagian wajah suamiku ada banyak air mengalir dari matanya. Wah aku jadi khawatir.
Kuusap pipinya dan bertanya apa yang dirasakan.
"Kelopak mata akang benar-benar nggak bisa dibuka nih. Dah gitu rasanya sakiiit banget."
Suamiku menendang-nendang kakinya pertanda emang sakit.
"Kayak ada kerikil di dalam mata"
Waduh beneran nih. Kasian banget deh ngeliat suamiku setengah mengerang menahan sakit. Akhirnya kami atasi dengan cara memberi obat tetes mata dan mengompres dengan air panas.
Di tengah heningnya malam dan lelapnya tidurku, tiba-tiba ada suara-suara mengeluh.
"Aduh...aduh..aduh..".
Aku pikir ini mimpi, tapi kucoba buka mata di tengah remangnya lampu tidur.
Alma lelap, menguasai hampir 1/2 tempat tidurku (kami).
Kuliat ke sebelah kananku, ternyata kang Diky tengah duduk dengan kepala menunduk-nunduk.
Suara keluhan tadi dari akang.
"Kenapa kang...,"tanyaku.
"Mata..mata akang nggak bisa dibuka!."
Aku sedikit bingung, tapi ngeliat suamiku yang memegang-megang matanya jadi bangun juga deh. Pas ngeliat bagian wajah suamiku ada banyak air mengalir dari matanya. Wah aku jadi khawatir.
Kuusap pipinya dan bertanya apa yang dirasakan.
"Kelopak mata akang benar-benar nggak bisa dibuka nih. Dah gitu rasanya sakiiit banget."
Suamiku menendang-nendang kakinya pertanda emang sakit.
"Kayak ada kerikil di dalam mata"
Waduh beneran nih. Kasian banget deh ngeliat suamiku setengah mengerang menahan sakit. Akhirnya kami atasi dengan cara memberi obat tetes mata dan mengompres dengan air panas.
Tapi nggak ada hasilnya. Bahkan suamiku nggak bisa tidur ampe jam 9 pagi. Suamiku minta aku tidur karena kondisi kehamilanku. Lagipula ini hari minggu jadi nggak ada praktek dokter yang buka. Harus di cek dulu ke Health Information Center, nanya dokter di mana yang jaga hari ini. Itupun mesti nunggu jam 9 pagi baru bisa nelp. Biasanya praktek dokterpun rata-rata buka jam 9 pagi.
Suamiku itu orangnya tabah banget. Lagi sakit luar biasa pun tapi hanya diam meredam rasa sakitnya. Beda ama aku yang biasanya akan mengeluh ampe bikin repot orang serumah.
*******************************
Jam 9 pagi aku cek ke HIC. Setelah dapat info kami siap-siap brangkat. Berhubung kondisi mata akang yang nggak bisa dibuka, akhirnya kami panggil taksi ke rumah. Selama perjalanan aku baru tau kalo tempatnya jauuuuuuhhh banget. Pake taksi aja 30 menit. Ongkosnya aja 2,800 yen..ini rekor tertinggi kami bertaksi.
Jam 9 pagi aku cek ke HIC. Setelah dapat info kami siap-siap brangkat. Berhubung kondisi mata akang yang nggak bisa dibuka, akhirnya kami panggil taksi ke rumah. Selama perjalanan aku baru tau kalo tempatnya jauuuuuuhhh banget. Pake taksi aja 30 menit. Ongkosnya aja 2,800 yen..ini rekor tertinggi kami bertaksi.
Selama perjalanan akang hanya tidur, mungkin sambil menahan rasa sakit. Aku berusaha menikmati perjalanan, karena selain jarak yang jauh juga aku melihat pemandangan baru selama perjalanan.
Sesampainya di dokter 'jaga' akang kudaftarkan. Untung tidak banyak pasien. Akang hanya nunggu 1 orang saja sebelum akhirnya masuk ke ruang periksa. Pertama, mata akang diukur dengan alat. Beberapa kali bunyi kamera di alat itu. Sepertinya mata akang diukur. Beberapa kali akang terkejut dengan bunyi 'tuk' 'tuk', ketika kameranya beraksi. Perawat yang mengambil foto mata akang 2 kali menyuruh akang melebarkan kelopak matanya. Jelas akang tidak sanggup, namun begitupun akang tetap berusaha keras membuka kelopaknya. Aku terenyuh melihatnya.
Alma yang kupangku menatap lekat ayahnya di meja periksa. Kemudian kami pindah ke ruang dokter, untuk mendapat penjelasan. Dokternya dokter pria, sebelum menjelaskan apa penyakit akang sekali lagi akang duduk di sebuah alat. Seperti akang mengukur mata akang tadi. Dokter pun memeriksa dengan teliti. Sesekali bergumam bahwa 'bagian putih mata anda merah sekali yaa..'. 'Tapi korneanya nggak apa-apa nih'...
Akhirnya kami dapat penjelasan bahwa nama penyakit akang itu 'kyusei ketsumaku-en' (acute conjungtiva). Penyebabnya virus. Biasanya diakibatnya penularan dari orang lain. Kerja akang memang sering pake mikroskop, jadi bisa saja dari alat tersebut. Alat yang dipenuhi virus dari orang lain.
Akang dan aku ternganga. Soalnya ini yang kedua kali akang kena penyakit yang sama. tapi yang pertama dulu nggak sampe parah. Ketika kutanyakan kenapa kali ini kelopak matanya nggak bisa dibuka?. Dokter bilang karena radangnya parah. Memangnya mata akang meraaaaaaaah banget. Sel-sel tipis di bagian putih mata akang tuh 'menyala-nyala seperti api'.
Yang membuat kami senang adalah akhirnya kelopak mata akang bisa dibuka. 5 jam setelah diberi tetesan obat. Akang disuruh balik lagi kalo sampai 5 hari kedepan nggak ada perubahan. Obat tetes mata yang diberi dokter dipakai 4 kali sehari. Akang minta ijin ke labnya untuk istirahat beberapa hari.
Ketika kondisi agak membaik, sore sudah menjelang.
Suamiku keluar dari kamar tidur setelah dia beristirahat dari kepenatan tadi malam. Tiba-tiba suamiku berdiri di dekatku dan berucap:
"Terima kasih ya. Dah nganter akang ke dokter"
Aku senyum, "doitashimashite (sama-sama) kang".
"Apa yang akang pikirkan tadi?"
"Akang pikir akang buta...."
Terus terang aku pun sempat berfikir ke arah itu.
Tapi ada satu kepercayaan dalam diriku bahwa:
"Apapun cobaan dari Allah swt untuk akang, aku akan tetap setia mendampingi akang".
Karena istri adalah kaki untuk suaminya ketika langkah kakinya terhenti. Istri adalah tulang punggung untuk suaminya ketika tubuhnya berhenti bergerak. Begitu juga sebaliknya. Semua Allah swt tentukan dan untuk itulah kami bersatu dalam sebuah pernikahan.
6 comments:
Nipau...aduhh sampe deg2an bacanya..Alhamdulillah udah baikan ya..
Terharun banget bacanya, terutama paragraf terakhir..Dikicong is so lucky to have you..
Semoga selalu bersama selamanya yahhhh...kami juga aminn..
Mpiw
Makasih ya mpiw atas perhatiannya.
Semoga Mpiw dan MB pun selalu setia setiap saat seperti rexona..
Btw, naha jadi 'anonymous' sih?. Emang mpiw nggak ngeblog?
-omwernya youkoso-
halah... dah kedua kali ya..
jangan2 kudu punya mikroskop sendiri tuh. Hati2 teh opie & alma jgn sampe ketularan juga ya.
Moga2 KD lekas sembuh deh...
Semoga Diky cpt sembuh seperti sebelumnya, semoga selalu sehat wal afiat dalam barakah Allah SWT. Amin.
Perlu di-check juga tu mikroskop di laboratorium kayaknya.
Setuju sekali dgn note penutupnya ttg tugas istri. Insya Allah kehidupan berkeluarga kita selalu dibawah limpahan barakah Allah. Amin.
waduuuh ko bisa sampe segitu ya pi.. alhamdulillah dahs embuh.. baedeweh, ternyata kita tekdungnya bareng yah.. gag nyangka.. hehehe... :D mudah-mudahan sehat terus ya pi... artinya skarang udah masuk week 16 yah?
kisses for alma yah :)
Duuh Teteh, untung Kang Diky nya gpp ya :)
Baca ceritanya serasa lagi baca cerpen aja :)
Post a Comment